TRAGEDI MALAM PERTAMA

Rindiyati mei cayo
Chapter #6

Kehilangan yang mendalam#6

Satu bulan telah berlalu sejak malam tragis itu. Kehilangan Arum meninggalkan luka yang dalam di hati Bayu. Hari-harinya berubah menjadi kosong, rumah kecil yang dulu hangat kini terasa dingin dan sepi. Setiap sudut rumah mengingatkannya pada Arum, pada tawa, senyum, dan kebersamaan mereka yang begitu singkat.

Setiap pagi, Bayu duduk termenung di beranda rumah, memandangi jalan setapak yang biasanya dilalui Arum. Namun kini, jalan itu hanya menyisakan keheningan. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri, menganggap bahwa semua ini adalah kesalahannya.

"Seandainya aku terjaga malam itu. Seandainya aku bisa melindunginya..."

Bayu hidup dalam bayang-bayang penyesalan yang tak berujung. Ia jarang makan, jarang berinteraksi dengan orang lain, dan perlahan mulai menjauh dari kehidupan sekitarnya. Hanya satu hal yang membuatnya bertahan: keinginan untuk menemukan kebenaran.

Di sela kesedihannya, Bayu mulai menyusun kembali setiap kejadian yang ia alami. Ia mengingat detil demi detil, mencoba menemukan celah yang mungkin selama ini terlewatkan.

Suatu pagi, saat membersihkan sisa barang-barang Arum, Bayu menemukan secarik kertas kecil di sela-sela lemari. Di atas kertas itu terdapat tulisan tangan Arum.

"Bayu, aku pernah melihat orang mencurigakan di sekitar rumah. Aku takut, tapi aku tidak ingin membuatmu khawatir. Mungkin aku hanya terlalu sensitif."

Bayu menatap tulisan itu dengan perasaan campur aduk. Ia teringat kembali pada kecurigaannya sebelum Arum menghilang, saat ia merasa diawasi.

"Jadi, Arum juga merasakannya... Mengapa aku tidak lebih waspada?"

Bayu mulai mengingat wajah-wajah asing yang pernah ia lihat dari kejauhan. Ia teringat sosok pria tua yang pernah berdiri lama di dekat kebunnya, lalu pergi begitu saja saat Bayu mendekat.

Bayu memutuskan untuk kembali mencari, menyusuri tempat-tempat yang dulu ia abaikan.

Langkah pertama Bayu adalah menemui warga sekitar, bertanya apakah ada yang melihat sesuatu yang janggal pada malam hilangnya Arum.

Beberapa warga mengatakan bahwa mereka memang sempat melihat orang asing berkeliaran di sekitar rumah Bayu. Namun mereka mengira itu hanyalah orang yang tersesat.

Bayu mulai mencatat semua informasi kecil itu. Ia kemudian mengunjungi pasar desa dan bertanya kepada beberapa pedagang yang biasa berjaga malam.

"Saya ingat, Tuan Bayu. Malam itu saya melihat tiga orang yang jalannya tergesa-gesa ke arah sungai. Mereka membawa sesuatu seperti karung besar. Saya sempat curiga, tapi tidak berani bertanya."

"Apa kau mengenali mereka?" tanya Bayu dengan mata tajam.

"Tidak, mereka memakai penutup kepala. Tapi... saya ingat satu dari mereka memiliki luka di kaki. Ia berjalan agak pincang."

Petunjuk kecil itu mulai mengarah pada sesuatu. Bayu kemudian teringat pada salah satu anak buah ayahnya, Pak Narto, yang memang dikenal memiliki luka lama di kakinya.

Lihat selengkapnya