***
Kasih merapatkan kedua jemarinya. Meniup di ujung lalu menggosok-gosokkan telapak tangan. Ia merasa kedinginan walau tidak ada hawa dingin yang merasuk. Ia mendekati jendela besar di belakang gerbong dan melihat kegelapan yang berlapis-lapis. Ia ketakutan dan berpaling. Pikiran demi pikiran yang negatif terus menghantui.
"Tenang! Semua akan baik-baik saja." Bright datang dan berdiri di sampingnya.
"Kenapa kau seyakin itu?" tanya Kasih yang heran melihat Bright santai tidak terusik dengan semua ini.
"Yakin saja," pungkas Bright sudut bibirnya naik begitu juga alisnya. "Kau pernah mengalami hal menakutkan sebelumnya?"
Pikiran kasih melayang jauh menelusuri kenangan demi kenangan yang sudah ia lewati semasa hidupnya. Ia menemukan sesuatu dan terdiam sebentar. "Pernah," ujarnya.
"Kamu sudah melewati kejadian itu berarti kamu juga bisa melewati ini."
Kasih menatap Bright dalam menemukan sebuah nyala api membara di sana.
"Baiklah," ujar Kasih mengepalkan tangganya ke atas. "Aku baru sadar sesuatu."