***
Kasih menyibakkan tanaman rambat itu dengan kedua tangannya. Samar-samar ia mendengar alunan harmoni dari udara yang bersenandung. Sangat asing di telinga tetapi menenangkan hati. Kasih membuka mata lebar-lebar dan terkejut menemukan pohon-pohon hijau dan lebat menari di depan matanya. Ya, ia tidak salah lihat. Pohon itu hidup dan menari. Kasih menutup mulutnya yang terbelangah. Matanya berkilau membulat sempurna terpukau. Ia sampai mempertanyakan dirinya dimanakah sebenarnya ia berada.
Pepohonan yang daunnya rimbun hijau berkilau membayang langit. Terik matahari terbias indah dari balik sela-sela dedaunan memancarkan cahaya emas dan hangat. Batangnya tumbuh besar tampak seperti coklat almond yang bisa dimakan dalam sekali gigitan. Dahan dan ranting yang bergerak naik turun layaknya tarian ombak di lautan. Harmoni alam seakan digariskan menjadi bagian dari makhluk hidup di tempat ini.
Di setiap pepohonan terdapat beraneka ragam buah-buahan yang memenuhi ujung ranting. Dari berbagai jenis buah tropis sampai subtropis termasuk pisang, pepaya bahkan semua jenis berry menumpuk. Menghias pepohonan hijau dengan warna-warni yang indah dan ranum.
Mereka melangkah perlahan memasuki area pepohonan itu. Seakan sadar kedatangan tamu, pepohonan itu menyapa mereka dengan mengayunkan naik turun kedua ranting kanan dan kiri. Lalu, bergeser memberi jalan lebar di tengah untuk mereka berjalan.
"Apakah ini nyata?" tanya Kasih yang masih tidak percaya apa yang dilihatnya.
Julian yang mendengar itu berkata, "Iya, jelas tapi ini bukan di bumi."
"Sebenarnya, kita lagi berada di mana?" Rose mempertanyakan hal yang lain.
"Saya juga tidak tahu, mungkin dunia lain," ujarnya.
"Ada banyak hal lain lagi yang bikin kita terkejut, lebih dari ini. Jadi, sebaiknya kita waspada." Tulus memperingati.
Kasih memperhatikan pohon di depannya yang memiliki buah stroberi di salah satu rantingnya. Stroberi sebesar kepalan tangan berwarna merah cerah. Kasih penasaran ingin memakan buah itu untuk mengetahui rasanya. Kasih terus melihat stroberi itu, pohon itu seolah tahu apa yang Kasih inginkan. Lalu, ia mendekatkan ranting yang mengandung stroberi itu di depan Kasih. Kasih yang terkejut menunjuk dirinya sendiri dan berkata, "Untuk aku?"
Pohon itu bergerak naik turun seakan mengiyakan. Bright yang melihat kejadian itu langsung mendekati Kasih. "Apa yang kau lakukan?"
"Pohon itu memberiku buahnya," ujar Kasih.
"Tunggu dulu! Apa kau yakin?" Bright tampak cemas dan khawatir.
Pohon itu semakin mendekatkan rantingnya di depan tangan Kasih. Melepaskan buah stroberinya. Kasih dengan sigap menangkap. "Sepertinya, pohon-pohon itu baik. Mereka hanya menawarkan buahnya untuk dimakan kita."
Mata Kasih bersinar lalu ia mencicipi buah stroberi itu. Kasih mengunyah daging stroberi yang lembut dan manis. Ia ketagihan untuk memakannya lagi dan lagi.
"Bagaimana rasanya?" tanya Bright.
Kasih mengangguk sembari memberi jempol dengan mulut yang penuh buah. Rose yang tertarik mendekat dan bertanya, "Apa itu? Wah, stroberi yang besar!"
Mulut Rose terbuka sedikit penuh dengan air liur. Pupilnya membesar berkilau. Ia mendekati pohon itu dan menunjuk buah manggis yang menggantung jauh di atas kepala. Seakan mengerti, pohon itu memberikan buah manggis itu ke Rose. Sebelumnya, dengan salah satu ranting yang lain dibukanya buah manggis yang berukuran besar menjadi dua bagian lalu diberikan ke gadis bersweater itu. Rose tersenyum lebar dan mengangguk. Ia kembali ke Kasih dan Bright, membagikan sebagian buahnya ke Bright. Ia langsung duduk dan mencoba satu suapan buah.