Train to Heaven

Nurul Wulan
Chapter #14

Bab 14 Rusa Putih

***

Kasih memandang padang rumput di seberang sungai. Bunga Lupin juga tumbuh subur dan mekar penuh di sana. Ada semak-semak tinggi dan lebat membatasi padang rumput dengan hutan pepohonan. Dari dalam semak-semak, keluar sekawanan hewan putih berkaki empat. Kasih menajamkan pandangannya. 

"Apa itu?" tanya Kasih sembari menunjuk ke arah hewan yang berjalan menuju ke arah sungai. 

Rose membenarkan kacamatanya dan berseru, "Itu rusa! Rusa berwarna putih!"

Kawanan rusa putih yang berjumlah puluhan menginjakkan kaki di bibir sungai. Mengisi tenggorokan dengan air yang segar. Ukuran mereka seperti ukuran rusa pada umumnya. Bulu mereka yang berwarna putih seperti salju yang indah dan bersinar. 

Semua orang berkumpul di pinggir sungai bersebrangan dengan rusa-rusa yang tengah meminum air. Pemandangan yang menakjubkan dan langka. 

Lalu, keluarlah seekor rusa jantan dengan ukuran yang sangat besar melebihi tinggi manusia. Tanduk yang tinggi menjulang ke atas dengan ujung yang runcing. Bercabang meliuk-liuk dengan bentuk yang rumit. Rusa jantan itu melenggang dengan anggun membuat rusa-rusa yang lain menyingkir memberinya jalan untuk minum di sungai. Semua orang menahan napas terkagum-kagum.

Di belakang rusa jantan itu muncul rusa jantan yang ukurannya jauh lebih kecil dengan tanduk yang sama besar dan kokoh. Rusa itu tengah mencari jalan untuk minum tetapi terhadang oleh kerumunan rusa lain yang memenuhi bibir sungai. Ia berteriak melengking meluapkan amarah. Dua kaki depannya menggaruk-garuk tanah, merendahkan tanduknya ke bawah seakan ingin menyeruduk.

Beberapa detik kemudian, terjadi pertengkaran hebat antara kedua rusa jantan. Rusa jantan yang berukuran besar tampak seperti pimpinan dari kawanan rusa sedangkan yang ukurannya lebih kecil sebagai pesaingnya. Mereka beradu tanduk yang runcing dan tajam seperti pedang dalam peperangan. Napas mereka berderu berputar-putar menggulung seperti asap roket. Panas dan panjang. Suasana mencekam dan berbahaya lantas semua orang mundur ke belakang menjauhi sungai yang mendadak sunyi tanpa riak.

“Mundur! Mundur!” perintah Tulus mengumpulkan semua orang bersembunyi di balik bunga lupin yang panjang. Menutupi sebagian diri mereka. Sedangkan, Tulus berada di paling depan mengawasi keadaan. Ia memberi isyarat untuk diam dan tidak mengeluarkan suara apapun.

Pimpinan rusa itu mendorong dengan kuat pesaing mudanya dengan tanduknya yang kokoh. Tidak mau kalah, dengan kekuatan yang masih muda dan penuh, pesaing itu menahan dengan menancapkan kaki ke tanah berbatu membuat pertahanan. Dengan tanduknya ia mendorong berbalik arah sekuat yang ia bisa. 

Lihat selengkapnya