Hari ini adalah awal masuk semester tiga. Devan berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Ia tidak terlalu excited dengan semester baru yang akan dijalani, sebab ada satu pengaruh besar yang menghalangi.
Langkah demi langkah, riuh suara keramaian dari arah kelas yang di tuju, semakin terdengar jelas di telinga Devan.
Kakinya terhenti, di ambang pintu, menyisir pandangan hingga berhenti tepat di kursi belakang yang masih kosong.
Devan berjalan kembali, sambil melirik sekilas ke arah empat orang mengesalkan yang duduk di barisan tengah.
Tengkuk Devan mendadak terasa sakit akibat dilempari oleh sesuatu.
"Eh, sorry, sengaja! Boleh tolong ambilin?"
Devan mengembus napas berat mendengar gelak tawa dari empat orang tersebut. Dengan wajah tak berekspresi ia mengambil buku tulis milik Arka, mengembalikan sesuai perintahnya.
"Jutek amat abangnya!" celetuk Marsel, ditertawai oleh Keenan.
Andra mengacungkan jari tengah, "Nih, salam kenal!" kekehnya.
Devan berpaling, tanpa menghiraukan. Inilah pengaruh besar yang membuatnya muak, sekaligus kesialan hingga lulus satu kelas dengan mereka yang dijuluki sebagai 'Big Four', geng yang paling disegani seantero kampus. Siapapun yang memiliki secuil masalah apapun yang berhubungan dengan mereka, akan di bully habis-habisan.
Namun, yang membuat Devan lelah adalah ketika mendengar jeritan minta ampun korban saat sedang ditindas oleh mereka.
Bagi Devan, mereka hanya manusia lemah biadab yang bersembunyi di balik jabatan dan harta orangtua.
--------
"Gimana hari pertama lo sekelas sama orang-orang itu?" tanya Chiko sambil mengunyah permen karet.
Devan diam, fokus menyantap makanannya.
Beni memicingkan mata, "Kalau liat dari muka asem lo, pasti ada kejadian buruk 'kan tadi?"
Devan menggebrak meja, membuat seisi pengunjung kantin kaget dan langsung melihat ke arahnya.
Mata Devan mengerjap, tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan.