"Nanti lo parkir di sebrang jalan ya, lo ngumpet di balik semak-semak biar nggak ketauan." pekik Nayla.
Devan melirik Nayla dari arah spion motor, lalu mengangguk sebagai jawaban.
Sekitar dua kilometer dalam perjalanan, Devan dan Nayla akhirnya sampai di lokasi.
"Mereka kumpul sekitar jam sepuluh atau sebelas, jadi kalau sekarang mungkin mereka nggak datang."
"Darimana lo tau? Gimana kalau tiba-tiba salah satu dari mereka ada yang datang sekarang?"
Nayla mendecak, "Lo jangan bilang begitu dong, emangnya lo mau kalau kita ketauan terus akhirnya gagal?"
"Ya 'kan gue cuma wanti-wanti aja."
"Selagi gue masuk ke dalam lo pantau dari sini. Kalau ada apa-apa, lo langsung telfon gue."
Nayla bergegas pergi menuju basecamp.
Ketika Nayla sampai di depan pintu basecamp, kening Devan berkerut, melihat Nayla mengeluarkan sebuah benda dari saku celana.
Devan terperangah, "Itu kartu akses? Gimana dia bisa punya?!"
Di dalam basecamp, Nayla memandang sekeliling. Basecamp ini memang sangat rahasia, tidak ada satupun orang yang tahu.
Hanya terdapat satu ruangan dan satu kamar mandi. Seluruh interior di desain dengan minimalis namun terlihat mewah, diisi dengan barang seperti meja billiard di tengah ruang, foto-foto yang terpajang di dinding dan masih banyak lagi. Namun, ada satu kekurangan dari basecamp ini.
Tidak ada CCTV yang terpasang.
Nayla tidak mengerti, bagaimana bisa mereka tidak berpikir untuk memasang CCTV, baik di dalam maupun di luar. Akan tetapi, di sisi lain ia senang g itu tidak terjadi, sebab dengan begitu tidak perlu repot-repot mencari cara lain lagi agar tidak ketahuan.
Nayla berjalan mendekat ke arah dinding, salah satu foto lantas menyita perhatiannya.
Ia bergeming menatap satu orang dalam foto tersebut.
Tak mau terlarut lebih lama, Nayla segera menyadarkan diri, bergegas mengecek satu persatu laci dan lemari, bahkan sampai kolong sekalipun. Berharap dapat menemukan secercah bukti.
Nayla menggeledah dengan sangat hati-hati dan mengembalikan posisi barang seperti semula agar tidak berantakan.
------
Sepuluh menit berlalu, Nayla belum menemukan apapun. Tiba-tiba handphone miliknya bergetar, Devan mulai menelfon.
"Halo, kenapa?"
"Ada yang datang! Cepet lo ngumpet!"
Nayla terbelalak, "Oke!" balasnya, buru-buru mencari tempat sembunyi.
Usai menemukan, Nayla segera bersembunyi di bawah meja billiard.
Suara akses pintu terdengar, derap suara langkah kaki mulai mendekat dan berhenti tepat di depan meja billiard.