"Ada apa?" Rowan keheranan sambil memegangi dahi nya yang berdenyut sakit dia menepuk bahu si sopir taksi.
"Sepertinya aku menabrak seseorang." si sopir taksi paruh baya itu berujar panik. Lalu tanpa banyak bertanya lagi, Rowan segera turun dari dalam taksi dan menghampiri Sarah yang sedang berusaha untuk berdiri sambil memegangi pergelangan kaki kirinya.
"Apa kau baik-baik saja?" Pria berambut ikal itu berjongkok dan meraih lengan Sarah, berusaha membantunya untuk berdiri, tapi. Rasa sakit di pergelangan kaki kiri gadis itu hampir saja membuatnya kembali terjatuh, dengan sigap Rowan meraih pinggang rampingnya dan menahan tubuh mungilnya.
"Ayo masuk ke dalam taksi, aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit,"
"Aku sungguh tidak apa-apa," cicit Sarah, dia bergerak tidak nyaman dalam dekapan Rowan.
"Ma-maaf!" Rowan segera melepaskan tangannya dari pinggang Sarah lalu sedikit menjauhkan dirinya.
"Nona kenapa kau begitu ceroboh! apa kau tidak melihat jika lampu penyeberangan sudah merah!"
Sarah yang merasa bersalah hanya bisa menunduk saat mendapat teguran dari si sopir taksi. Orang-orang yang tadinya hanya lewat pun mulai berkerumun, mereka penasaran atas kegaduhan yang ada di tengah jalan raya yang menyebabkan kemacetan.
"Kau ini bukan anak berusia 3 tahun lagi. kau seharusnya tahu dan bisa berhati-hati saat menyebrang jalan, kecerobohan mu itu sangat membahayakan!" Dengus salah seorang pejalan kaki wanita yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Sarah.
Saat itulah Sarah yang tadinya tidak memperdulikan sekitarnya mulai menyadari kini, sudah banyak orang yang sedang menatapnya ke arahnya tajam.
"Semua salahmu!" Setiap kata teguran yang dia terima, seolah bercampur dengan suara orang-orang dari masa lalunya, suara yang dipenuhi oleh kemarahan dan kebencian terus terngiang di dalam kepalanya, sungguh sangat mengerikan bagi Sarah hingga cukup membuat dadanya terasa sesak dan tubuhnya gemetar hebat.
"Ma-maafkan … aku." Gumamnya terbata-bata, gadis itu mulai menutup kedua telinganya menggunakan tangannya. Kedua matanya memandang ngeri pada setiap individu yang ada disana.
"Semua adalah salahmu! Semuanya berawal darimu!"
"Ti-tidak. Kumohon maafkan aku!" Gerak geriknya mulai tidak terkontrol. Orang-orang yang ada disana pun mulai menatap Sarah dengan tatapan aneh.
"Apa dia gila?" tanya pejalan kaki wanita paruh baya yang tadi pada Rowan, tapi Rowan tidak menjawabnya, pria itu langsung mendekati Sarah dan menangkup wajah mungilnya.
"Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja?" Rowan berujar lembut berusaha menenangkan Sarah.
"Semua salahku ... maafkan aku ...," di sela isakannya dengan suara parau, dan panik yang berlebihan Sarah terus memohon.
Rowan menyeka air mata dipipi Sarah menggunakan ibu jarinya, lalu menatap lembut kedua bola mata coklat itu, sentuhan lembut dari telapak tangannya yang terasa dingin itu perlahan-lahan menghapuskan rasa takut di dalam diri Sarah.