Rowan memegangi kepalanya yang pusing bukan main. dia lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, pria berambut coklat itu baru ingat dia tertidur diatas sofa setelah meneguk habis beberapa botol minuman beralkohol malam sebelumnya.
“Aku melakukanya lagi,” monoton Rowan.
Botol-botol kosong yang berserakan di lantai tak dihiraukannya, pria yang tampak sangat kacau itu kemudian berjalan ke arah dapur yang hanya berjarak lima langkah dari ruang tamu untuk mengambil minum.
"Pagi, Rowan.” Jack yang sedang menikmati sarapannya menyapa Rowan tapi pandangannya tak lepas dari layar laptop yang ada di hadapannya. Yang disapa pun terus melakukan aktivitasnya seolah tidak peduli dengan keberadaan Jack.
Rowan meneguk air putih yang dia ambil dari dalam kulkas sambil merogo saku depan celananya lalu mengeluarkan isinya. Ia lantas melempar pelan sebuah Usb yang dia ambil dari dalam saku celananya ke atas meja, dan berhenti tepat di sebelah cangkir kopi milik Jack.
"Apa ini?" tanya Jack enggan untuk mengambil Usb tersebut. Dia hanya menatap tidak tertarik benda berbentuk persegi panjang kecil itu.
"Seseorang mengirim naskahnya ke Blue Marine, dan Aku ingin kau yang menjadi editornya,"
Jack sempat terdiam menatap heran ke arah Rowan yang kini sudah duduk di seberang meja berhadapan dengannya.
"Kau tidak mau?" Rowan memalingkan pandanganya dari Jack mengarah ke luar jendela apartemen, pantulan cahaya dari gedung-gedung pencakar langit di sekitar sana benar-benar membuat mata Rowan terasa sakit.
"Bukan begitu. Aku hanya tidak mengerti kenapa harus aku yang menjadi editornya?"
"Periksa saja naskahnya, kau akan mengerti jika sudah membacanya," Rowan berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Jack yang masih memasang wajah bingung.
"Hei! Aku belum selesai bicara!" teriak Jack dengan kesal pada sosok Rowan yang kini sudah menghilang masuk kedalam kamar.
"Dasar pria aneh," gerutu pemuda berlesung pipi itu lalu diambilnya usb tadi dengan kasar. Jack pun segera memeriksa data di usb tersebut seperti yang sudah diperintahkan oleh Rowan.
“Ini tidak mungkin … .” gumam Jack, wajahnya tampak terkejut.
30 menit kemudian Rowan keluar kembali dari dalam kamarnya, tapi kali ini dia sudah berpakaian rapi dengan setelan kerjanya sambil menenteng tas kerjanya.
"Apa kau sudah akan berangkat kerja?" Jack melirik layar laptopnya. "Ini masih jam tujuh pagi,"
"Aku ada meeting dengan klien penting pagi ini," jawab Rowan singkat lalu mengambil kunci mobilnya yang berada di atas meja.
“Naskah ini ….”
“Kita bicarakan nanti di kantor,”
“Hah?”
“Sudah kukatakan, aku ada meeting pagi ini. Setelah jam makan siang datanglah ke ruangan kerjaku kita akan bicarakan di sana,”