Hidup itu pilihan, dan itu tergantung kita yang menentukannya. Jika pilihan itu selaras dengan hidupmu, maka ambil lah. Tapi jika tidak, tinggalkan. Dan itu yang telah aku lakukan. Aku telah memilih pilihanku dengan pergi, dan meninggalkan.
Aku pergi meninggalkan Jean sendiri. Bahkan aku menyadari bahwa ia selalu benar. Ia hanya ingin yang terbaik untukku, untuk kebahagiaanku, keselamatanku, dan juga kesehatanku. Tapi aku menyalahkannya dan mengecewakannya. Betapa egoisnya diriku. Aku hanya mementingkan diriku. Dan aku pantas untuk disalahkan.
Aku mencoba menerima saran dari Jean untuk menemui Dokter Howard. Karena aku tidak tahu di mana kliniknya, jadi aku mencari seseorang supaya aku bisa bertanya. Dan aku melihat dua orang Sheriff yang sedang bertugas mengecek area pembatas. Setelah aku memperlambat laju mobilku, aku memberhentikannya, sehingga aku bisa bertanya padanya. Tapi saat aku mulai menurunkan kaca mobilku, salah seorang Sheriff sudah mendatangiku. "Hei, ternyata kau lagi. Apa yang telah terjadi padamu?"
"Tidak ada, aku hanya mengalami sedikit kecelakaan saja," jawabku. Aku terpaksa berbohong pada Sheriff, karena aku tidak ingin dia tahu kejadian yang sebenarnya.
"Apa kau yakin?" tanya Sheriff lagi. Ia mencoba untuk meyakinkannya.
"Ya. Karena itu, aku mencoba mencari klinik di sekitar sini. Dan aku dengar, ada seorang dokter setempat bernama Dokter Howard Eugene yang mempunyai klinik pribadi. Apakah kau tahu di mana tempat pastinya?"
"Ya, aku tahu."
"Kalau begitu, apa kau bisa mengantarkanku ke sana?"
"Tentu. Tapi sebelum itu, aku harus memberitahu temanku terlebih dahulu."
Aku tersenyum. "Baiklah, itu tidak masalah bagiku."
Sheriff itu pergi menemui temannya. Setelah ia selesai memberitahu temannya, ia kembali lagi mendatangiku. "Baiklah, ayo ikuti aku!"
Sheriff itu masuk ke dalam mobil polisinya. Dan setelah ia melajukan mobilnya, aku mulai mengikutinya. Hingga tidak terlalu lama aku mengikutinya, Sheriff itu memperlambat laju mobilnya sebelum akhirnya ia memberhentikannya.
Aku juga memberhentikan mobilku. Setelah mobilku berhenti, aku turun dan mulai menghampirinya. "Sheriff, apakah ini tempatnya?" tanyaku. Aku mencoba meyakinkan kalau itu benar tempatnya. Karena setelah aku lihat, tempat itu tidak seperti sebuah klinik. Bisa dikatakan jauh dari kata itu. Bangunannya yang besar, lebih mirip dengan sebuah penginapan yang besar.
Sheriff itu menatapku, "Ya, kenapa? Apa ada masalah?"
"Tidak. Hanya saja ...."
Sheriff itu memotong perkataanku. "Aku tahu maksudmu, karena tempatnya yang besar kan?"
Aku tersenyum simpul. "Ya."
Tapi ketika aku dan Sheriff sedang asik berbicara, seseorang mengganggunya. "Sheriff, apa yang kau lakukan sini?" tanya seorang pria.