Traumatic Incident

Harits Arwan
Chapter #9

Traumatic Incident #8

Ada saatnya di mana aku harus melawan. Dan tidak selamanya aku akan terus menghindar. Karena apapun itu yang mengancamku, maka aku akan melindungi diriku, meskipun itu harus menggunakan jalan kekerasan. Dan itu yang aku lakukan.

Aku kembali melihat sosok itu, sosok yang membunuh kedua orangtuaku, dan kini ia telah menyerangku. "Kau telah membunuhnya, dasar pembunuh! Kau akan mati seperti saat kau membunuh mereka!"

Aku membanting sosok itu, dan memukul-mukulkan kepalanya ke lantai. Aku belum puas melakukannya sehingga aku memukuli wajahnya berulang kali hingga sosok itu telah tiada. Namun aku kembali melihatnya saat cahaya muncul menerangi semuanya.

Aku mencari sesuatu untuk melawannya. Dan aku melihat kapak yang ada di tembok. Aku memukul kaca yang menutup kapak itu menggunakan tanganku, hingga setelah kacanya pecah, aku mengambilnya. Aku berlari menuju sosok itu, namun ia berlindung di balik pintu. Aku menghancurkan pintunya menggunakan kapak yang aku pegang, hingga pintu itu hancur berantakan.

Aku melihat sosok itu, dan mendekatinya. Aku menarik kapak yang kupegang sehingga bersentuhan dengan lantai dan menimbulkan bunyi yang memekikan telinga. "Kau tidak akan bisa lari lagi dariku. Mati kau!"

Aku menarik kembali kapak itu dari tubuh sosok itu hingga sosok itu tiada. Namun, aku kembali melihat sosok itu, bahkan semakin banyak, seperti sosok itu tidak bisa untuk dilenyapkan.

Aku menyerang semua sosok itu sampai benar-benar tiada. Aku menjatuhkan kapak itu dan pergi dari sana. Aku terus saja berjalan di kegelapan malam, hingga tubuhku mulai terasa lemas dan penglihatanku sudah kabur. Dan akhirnya aku terjatuh.

***

Aku terbangun dan merasakan sakit di sekujur tubuhku. Aku membuka mataku, namun seketika aku terkejut saat aku melihat seluruh tubuhku dipenuhi dengan darah, sehingga membuat jantungku berdetak semakin kencangnya. "Apa yang telah terjadi padaku?"

Aku tidak tahu harus berbuat apa, bahkan aku melihat tanganku yang tidak henti-hentinya terus bergetar. Aku mencoba untuk mengambil ponsel yang ada di saku celanaku, tapi aku menjatuhkannya. Aku mengambil kembali ponselku tapi ternyata sudah rusak.

Aku memutuskan pergi dari tempat itu untukmencari sungai sehingga aku dapat membersihkan darah yang ada di seluruh tubuhku. Aku terus berjalan sampai masuk lebih dalam ke dalam hutan. Hingga setelah cukup lama berjalan, aku mulai mendengar suara derasnya air sungai. Aku berlari untuk mencarinya, dan pada akhirnya aku menemukannya.

Aku masuk ke dalam sungai untuk membersihkan tubuhku. Aku menggosok-gosok darah yang ada di tangan dan bajuku, namun noda darah itu tidak bisa hilang, meski aku sudah mencoba menggosoknya lebih keras.

Aku menyudahinya dan keluar dari sungai untuk mencari bantuan. Aku menulusuri tepi sungai dan terus menelusurinya hingga aku melihat sebuah rumah. Aku menuju rumah itu dan memasukinya. Namun aku dibuat terkejut oleh seseorang. "Siapa kau? Apa yang kau lakukan di rumahku?"

Aku melihat orang itu, dan ternyata seorang wanita. Wanita itu terlihat takut saat melihatku, sehingga aku mencoba untuk menenangkannya. "Tenanglah, aku seorang polisi, jadi aku tidak akan menyakitimu."

"Kau pasti berbohong padaku."

Lihat selengkapnya