Untuk sampai di SkyAvenue semua peserta harus menaiki sebuah kereta gantung yang berisi maksimum 10 orang. Awalnya, aku menolak untuk ikut ketika tahu harus menaiki kereta gantung untuk pergi ke sana. Namun, Khaibar yang tahu pasti kelemahanku terhadap ketinggian ia bersedia untuk menemaniku di Lower Station Genting. Sedangkan peserta lain dapat menikmati kunjungan mereka di SkyAvenue, salah satu mal di Malaysia yang memiliki kasino bertaraf internasional itu.
Karena aku tidak ingin berduaan dengan Khaibar, kuputuskan untuk ikut naik kereta gantung. Di sinilah aku berada. Duduk di sudut kereta gantung dan beberapa kali menutup mata.
Kereta gantung yang kami naiki bergerak semakin tinggi. Pemandangan di bawah kami mirip seperti hutan-hutan di film Jurassic Park. Jalanan untuk kendaraan pun masih dapat terlihat di bawah kami. Kabut mulai turun dan menutupi sebagian pemandangan.
Setelah kereta gantung kami menembus kabut, penampakan Chin Swee Caves Temple terlihat megah dan indah dari atas sini. Kuil tersebut terletak di ketingian 4.600 kaki di atas permukaan laut. Dalam kuil ini terdapat patung Qingshui, seorang biksu Buddha yang telah lama disebut sebagai dewa di Provinsi Fujian, China, atas kemampuan supranaturalnya yang bisa memanggil hujan dan mengusir roh jahat.
Di depanku Medina dan Aryo sedang asyik mengobrol. Sesekali mereka meledekku yang takut akan ketinggian. Peserta lain yang satu kereta denganku sibuk berselfie ria. Mengunggah hasil foto di kolom Instagram mereka.
Sedangkan pikiranku sendiri teringat oleh ucapan Khaibar yang menyebutkan judul lagu milik Siti Nurhaliza tadi. Hampir saja semua orang mengerti maksud ucapan Khaibar tersebut.
Aku menghela napas lega ketika kereta gantung kami telah sampai di SkyAvenue. Kulihat Pakcik Rashid, Mas Ali, dan peserta lain sedang menunggu di bangku.
“Tinggal nunggu Khaibar dan kelompoknya Niki, ya.” gumam Mas Ali ketika rombonganku sudah keluar dari kereta gantung.
“Gak takut kan naik kereta gantung, Na?” tanyanya padaku.
Aku menyeringai. Kalau bukan karena Khaibar, pastinya aku akan lebih menyukai menunggu di Lower Station Genting sambil memainkan sosial mediaku daripada naik kereta gantung.
“Terpaksa aku beraniin, Mas.” jawabku malas.
Mas Ali terkekeh. “Aku pikir kamu satu kereta gantung bareng Khaibar.”
Tanganku bergerak membantah.
“Bisa gila kalau kami berdua di kereta gantung yang sama.” Mas Ali tertawa mendengar perkataanku.
"Kalian tuh ya, mantan pasangan yang lucu. Kalau aku jadi kamu ya, Na, aku lebih milih balikan sama Khaibar. Pria humoris dan kepedeannya tinggi seperti Khaibar itu jarang ada.” sesekali Mas Ali melirik kereta gantung yang baru datang. Memastikan apakah Khaibar dan kelompok Niki sudah datang atau belum.
Aku yakin Khaibar pasti menceritakan kisah kami yang dulu kepada Mas Ali.
“Ssttt... Mas, jangan bongkar rahasia ya kalau aku sama Khaibar pernah pacaran ke peserta trip yang lain. Aku gak mau mereka salah paham....” kataku menggantung.
“Mereka siapa?” tanya Mas Ali bingung.
“Cewek-cewek yang ikut trip ini, Mas. Terutama Niki dan teman-temannya.” bisikku.
“Yaa itu sih wajar. Mereka pada suka sama Khaibar. Ya jelas, mantan kamu itu gantengnya emang kelewatan.” ujar Mas Ali bercanda.
“Tapi ganteng belum tentu setia, Mas.” tembakku langsung.
Mas Ali tersenyum lalu menatap seseorang di balik badanku. Aku pun ikut menoleh ke belakang.