Travel - Ex

Fikra Nur Syahbana
Chapter #10

Bab 9 : Penggemar Coklat

Aroma coklat tercium oleh penciuman kami.

Seorang perempuan berwajah Tionghoa yang bertugas sebagai head of communication di pabrik coklat tersebut membawa kami berkeliling. Di sebelah kiri kami terlihat mesin coklat yang sedang beroperasi dan para pekerja yang memakai alat seragam untuk menjaga kebersihan coklat.

Semua peserta sibuk mengabadikan momen di pabrik coklat ini dengan ponsel mereka. Termasuk aku dan Medina. Kami tak mau kalah untuk menambah postingan di Instagram.

Salah satu pekerja pabrik membawa sebuah mangkuk kecil yang berisi coklat. Kami boleh mencicipi coklat tersebut. Karena begitu banyak peserta yang ingin mencicipinya kami pun menjadi berdesakan.

“Aduh, sakit.” Pekikku ketika seseorang menginjak kakiku.

Orang itu memutar badannya.

Dengan jarak kurang lebih lima cm, aku dapat menghirup wangi tubuh Khaibar.

“Maaf ya, Na. Masih sakit kakinya?” Hanya sebuah pertanyaan basa basi dari Khaibar.

Aku mengadah. Memandangi wajah Khaibar yang berada di atas kepalaku. Kami saling menatap.

It’s okay.” jawabku lalu berlari kecil bergabung dengan rombongan lain yang sudah pindah tempat.

Berhadapan sedekat itu dengan Khaibar saja sudah membuat jantungku berdegup kencang. Tanpa kusadari kuraba dada kiriku yang masih berdetak cepat. Tidak mungkin aku memiliki rasa lagi terhadapnya. Segera kuatur napasku yang tidak karuan.

Para peserta sudah mulai memilih coklat dari berbagai macam rasa. Kami diberikan potongan harga yang cukup besar karena kami belanja langsung dari pabrik coklatnya. Sengaja Pakcik Rashid membawa kami ke sini untuk memborong oleh-oleh.

Aku mulai mengambil beberapa bungkus coklat dengan rasa yang berbeda untuk kubawa ke Indonesia.

Medina melirik keranjang belanjaku, “Buat siapa aja, Ren?”

“Buat keluarga gue, pegawai di butik, klien penting, dan keluarganya Danis.”

Medina manggut-manggut. “Hmm, paham gue yang mau punya keluarga besar belanjaannya lebih banyak.”

Aku hanya tertawa.

Lihat selengkapnya