Travel - Ex

Fikra Nur Syahbana
Chapter #17

Bab 16 : Keputusan yang Sulit

Senja hari kami baru tiba di Hotel NuVe, penginapan kami. Lelah, penuh debu, tetapi puas seharian telah bermain di Universal Studio. Siang tadi, setelah aku dan Khaibar kembali ke tempat wahana Jurrasic Park, Niki dan teman-temannya sudah tak ada di sana. Mereka pergi tanpa menunggu kami. Medina pun telah bergabung dengan Mas Ali untuk menaiki wahana lain. Khaibar juga sering mendapat telepon dari seseorang. Namun, aku tidak tahu dan tidak berminat untuk bertanya siapa yang menelponnya.

Setelah membilas diri, aku duduk di tepi ranjang. Meraih ponsel dan membuka puluhan pesan dari Danis. Mataku mendelik. Danis mengirim sebuah foto padaku bahwa dia sedang ada di lobi hotel ini. Pesan itu baru masuk sepuluh menit yang lalu.

Untuk apa Danis di Singapura?!

Aku harap Danis dan Khaibar tidak bertemu di sini.

“Ren, mau kemana?” tanya Medina yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Danis ada di sini, Med! Semua bisa kacau!” kataku setengah berteriak. Tingkahku seperti perempuan yang takut ketahuan kalau dirinya telah selingkuh.

“Serius? Ngapain tuh dokter nyusul ke sini?” tanya Medina ikut panik.

Aku segera keluar kamar tanpa Medina. Dengan cepat lift membawaku turun ke lantai dasar.

Mataku mencari sosok Danis di ruang tamu dekat meja resepsionis. Tiba-tiba seseorang merangkul pundakku dari belakang.

Aku menoleh ke samping, “Khaibar?”

“Hmmm, rambutmu wangi,” katanya pelan.

Dia tidak tahu kalau aku setengah mati menahan napasku ketika wajah kami berdekatan seperti ini.

Khaibar menjinjing sekantung plastik. “Mau popcorn?” tawarnya.

Sebelum kujawab pertanyaanya, orang lain memanggil namaku.

“Irena...”

Rasanya waktu di bumi berhenti berdetik ketika kulihat Danis berdiri tak jauh dari posisi kami. Tatapannya tajam saat melihat tangan Khaibar dengan santai menggantung di pundakku. Khaibar sadar atas kecanggungan ini, lalu perlahan ia turunkan tangannya.

Danis yang menunggu di lobi hotel, tentulah terkejut melihatku di sebelah pria yang tidak dikenalnya.

“Danis, ini Khaibar. Khaibar, ini Danis.” kataku buru-buru memperkenalkan.

Danis menyambut tangan Khaibar.

 “Khaibar itu...” otakku mencari kata yang tepat.

“Saya tour guide di trip ini, sekaligus teman lamanya Irena.” potong Khaibar.

Aku menunduk. Setidaknya Khaibar tidak menjelaskan dirinya sebagai mantanku.

“Jadi anda yang namanya Khaibar?” tembak Danis langsung. Matanya curiga pada kami. Semoga Danis tidak mengingat nama Khaibar di ingatannya.

Lihat selengkapnya