Sehari sebelum Medina dan Mas Ali menikah, aku menginap di hotel yang telah dipesankan oleh mereka untukku. Selain sebagai perancang gaun pengantin Medina, aku juga memiliki peran sebagai salah satu bridesmaid di pernikahannya. Akad dan resepsi pernikahannya akan digelar pagi nanti di ballroom hotel. Semua persiapannya hampir selesai.
Enam bulan yang lalu setelah mereka mengumumkan akan menikah, tentu saja aku sangat terkejut. Apalagi seingatku selama liburan kami di dua negara saat itu, mereka berdua jarang sekali mengobrol dan tidak ada tanda-tanda kedekatan. Lalu setelah Medina mengikuti trip ke Korea dan bertemu dengan Mas Ali lagi, akhirnya mereka berdua mampu meyakinkan diri untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Aku tidak tahu kalau sebuah perjalanan baru dapat mempertemukan seseorang dengan jodohnya. Dan itu terjadi pada mereka berdua.
Di kamar hotel milik Medina dipenuhi oleh bunga-bunga. Gaun pengantin hasil rancanganku sudah terpasang di maneken yang akan Medina pakai besok. Kami berdua berbaring di atas ranjang. Menatap langit kamar berwarna putih.
“Makasih ya, Ren, sudah ngizinin gue untuk pakai desain gaun pengantin lo untuk gue.” kata Medina terharu.
“Anggap aja gaun itu hadiah dari gue buat lo, Med. Lagian gue juga gak tahu kapan nikahnya. Daripada desainnya gue simpan terus sampai berjamur lebih baik gue kasih ke lo.” kataku.
Medina menyampingkan badannya menghadapku.
“Tapi kan lo sangat suka sama desainnya.” keluh Medina.
Kami berdua memandangi gaun pengantin yang sudah menyita perhatian kami sedari tadi.
Aku tersenyum. “Tenang aja, Med. Gue akan cari inovasi lain untuk gaun pernikahan gue nanti.”
Medina mendekapku, “Makaciii. Gue doain semoga lo segera nyusul gue.”
“Nyusul ke acara honeymoon lo? Dih ogah!” Medina langsung mengendurkan dekapannya.
“Bukan itu maksud gue pacarnya Rizky Nazar,” kata Medina gemas. Perkataannya seperti mengulang perkataanku saat kami sedang di depan Petronas Tower. Hanya saja tokoh laki-lakinya berbeda. “kalo itu mah gue juga gak mau ngundang lo!”
Aku tertawa.
“Eh tapi by the way, kalian akan honeymoon ke mana?” tanyaku penasaran.
Medina kini menyandarkan beban badannya pada sandaran kasur. Wajahnya tampak berseri-seri. Senyumnya lalu merekah.
“Perusahaan travelnya Mas Ali ngasih kita paket liburan berdua ke Greece secara GRATIS!!! Sekaligus sebagai hadiah pencapaian Mas Ali selama bekerja tiga tahun di sana.” pekik Medina senang.
Aku ikut senang mendengarnya.
“Wow! That’s cool!” tanggapanku.
“Iya, Ren. Pas gue baca itinerarynya, tempat-tempat yang bakal gue kunjungi itu semuanya keren. Instagramble. Nanti nih gue mau selfie bangun pagi di Santorini, terus foto-foto di rumah para dewa Akropolis Athena, kemudian makan malam ditemani kincir angin di Mykonos.” kata Medina bersemangat dengan rencana itu semua. Tak sabar untuk segera berlibur kembali.
Aku mengulum senyum. Sangat mengenal Medina. Wanita itu sangat suka berfoto. Hal itu sudah tidak membuatku kaget, tetapi aku harap Mas Ali akan sabar dengan profesinya sebagai fotografer khusus untuk istrinya di Greece nanti.
“Awas ntar diculik sama dewa dewi di Yunani. Yang ada ntar lo jadi babu mereka di Gunung Olympus.” kataku bercanda.
Medina mengerucutkan bibirnya.
“Terus kalian akan berangkat ke sana kapan?” tanyaku lagi.
“Minggu depan. Kita berdua sudah dapat visanya.” Medina menyengir.
“Pokoknya gue nitip calon keponakan dua ya.” tukasku yang membuat Medina mengernyit.
“Ya doain aja semoga kembar.” jawabnya tanpa mikir.