“Kamu yakin, Ras, mau jalan dari Jakarta sampai Bali dalam sebulan?” Ayah menyesap kopinya yang masih mengepul hangat. Dia melirik Paras yang masih mengenakan baju tidur.
Paras mengangguk berkali-kali dengan senyum selebar mungkin seperti anak balita. Paras tahu ayahnya ingin menegur pakaiannya. Dia bahkan belum mandi, tetapi sudah membuat permintaan tiba-tiba di pagi hari. Mumpung libur semester, pikir Paras, ada kesempatan untuk bermalas-malasan.
“Kamu sama Jatayu, kan, Ras?” tanya Ibu sambil mengoles roti dengan selai srikaya kesukaan Ayah.
Paras mengangguk lebih keras, dahinya berkerut, seolah ingin menegaskan ada jaminan keselamatan jika bepergian dengan sahabatnya. Orangtuanya sangat tahu tentang Jatayu.
Ayah mengerutkan keningnya. Tangannya mengambil koran untuk dibaca, “Yakin selama sebulan?”