I will break these chains that bind me, happiness will find me
Leave the past behind me, today my life begins
Today My Life Begins—Bruno Mars
Awal tahun 2013, Paras mengambil satu langkah besar dalam hidupnya: mengelilingi Jawa, Bali, dan Lombok. Selama satu bulan. Berkali-kali Paras merapal maaf dalam hatinya karena berbohong pada ayah dan ibunya. Dia tidak hanya berjalan sampai Bali, tetapi juga akan sampai ke Lombok. Dia punya alasan tersendiri kenapa ingin berkelana sampai ke Lombok dan hanya dia yang boleh tahu.
Sudut-sudut bibir Paras membentuk senyum ketika tangannya mengambil kantong plastik terakhir hasil perburuannya hari ini, berisi barang-barang kebutuhan selama satu bulan nanti. Dia mengeluarkan paksa barang-barang dari dalam kantong sehingga isinya tumpah semua ke atas kasurnya. Carrier 85 liter, check. Baju dan celana secukupnya, check. Baju hangat, check. Undies, check. Swim suit (one piece dan two piece, untuk jaga-jaga bawa one piece kalau-kalau bikini two piece terasa nggak pantas dipakai), check. Segala macam vitamin-titipan-Ibu-yang-harus-diminum-setiap-hari, check. P3K mini, check. Baby stuffs: baby shampoo and soap, baby cream, baby wipes, baby hair lotion (ya, Paras masih mandi dengan menggunakan barang-barang ini). Krim pagi dan krim malam, check. Sunblock SPF 40, check. Novel-novel, check. iPhone, iPod, dan kamera SLR (plus set pengisi baterai), check. Tisu basah dan tisu kering, check. Permen karet (Paras bisa mati kalau nggak bawa ini ke mana-mana), check.
Dia melipat kedua tangannya, senyum membuncah di wajah. Seketika dia tersentak, lalu dia buru-buru menuju meja rias dan menarik keluar baris ketiga kotak rak kecilnya. Dia mengeluarkan sebuah ikat rambut dan menggoyang-goyangkannya sambil tersenyum puas. Barang itu masih ada: ikat rambut kesayangannya yang berbentuk bola-bola mutiara, pemberian teman backpacker-nya yang berasal dari Jepang bernama Mikage. Mereka berjanji akan bertemu lagi di Bali. Paras menguncir rambutnya dengan itu. Kemudian, dia menggoyang-goyangkan kepalanya sendiri di depan cermin. Bola-bola mutiara di atas kepalanya beradu, menghasilkan suara khas yang selalu disukai Paras. Setiap kali bola-bola mutiara itu berbunyi, Paras selalu tersenyum kesenangan.
Paras kembali mengecek keperluannya sambil bersenandung. Memang nggak terlalu susah membujuk Ayah dan Ibu supaya mengizinkan Paras bersenang-senang sampai ke Bali (baca: Lombok, maksudnya). Sebelumnya Paras memang sudah sering backpacking bersama teman-teman dari UKM Mapala di kampusnya, meskipun dia bukan anggota UKM tersebut. Adalah Jatayu Haq, salah satu anak Mapala sekaligus sahabatnya, yang membuatnya tergila-gila dengan perjalanan. Paras masih ingat dengan jelas saat pertama kali backpacking ke Pulau Karimata di Kalimantan Barat bersama Jatayu. So, sepanjang perjalanan Paras berkenalan dengan teman-teman Jatayu. Begitu pun dia mengenal almarhum Kelana, mantan kekasih Jatayu yang saat itu menjabat sebagai ketua UKM Mapala. Dia meninggal setahun yang lalu saat pendakian Gunung Semeru.
Lima hari berada di Pulau Karimata membuka matanya. Ternyata Indonesia seindah ini. Punya laut biru, pasir sehalus merica, parade lumba-lumba di lautan lepas, penyu hijau yang bertelur di malam hari. Dia juga masih ingat pengalaman pertama memakan daging rusa. Rasanya mirip seperti daging kambing, tetapi lebih lembut. Sejak saat itu, Paras ketagihan melakukan perjalanan dengan atau tanpa cara backpacking.
Kembali pulang dari angan-angan, Paras masih tersenyum seperti orang sakit jiwa di depan barang-barang hasil buruannya. Semua barang-barang di depan matanya ini dibeli dari hasil keringatnya mengajar paruh waktu di sebuah bimbingan belajar dekat kampus. Sejauh ini hidup Paras cukup menyenangkan. Paras adalah mahasiswi jurusan jurnalistik di kampus dan anggota aktif klub menulis. Paras juga bekerja paruh waktu sebagai editor majalah BEM kampus (sejak jadi editor, jumlah follower Twitter-nya meningkat, hihi ...) dan reporter di majalah yang sama dengan spesialisasi rubrik wisata dan jalan-jalan ala mahasiswa. Merasa tak cukup sibuk, Paras juga mengajar bahasa Inggris dan bahasa Indonesia untuk anak-anak SD di sebuah bimbingan belajar dekat kampus. Menyenangkan? Sepertinya Paras akan menjawab cukup menyenangkan.
Paras suka dengan hari-harinya, tetapi Paras ingin lebih dari ini. Kata “cukup” tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Maka, inilah harinya! Hari saat Paras akan mulai menjawab segala pertanyaan-pertanyaan kehidupan, menaklukkan ketakutan-ketakutan yang ada dalam dirinya. Paras ingin sekali benar-benar menjalani kalimat yang tertera di sebuah poster yang ditempel di dinding kamarnya. Setiap pagi, sebelum berangkat menuju kampus, Paras akan selalu membaca dalam hati kalimat sugestif itu sambil tersenyum optimis:
Dear Paras, live your life to the fullest today and everyday!
***
Stasiun Jatinegara
Senin, 7 Januari 2013