Di utara pulau ini, berdiri megah Gunung Trawang, sebuah gunung yang menyimpan kisah-kisah angker. Konon, di bawah gunung terdapat terowongan gelap yang menjadi saksi bisu tragedi masa lalu. Mereka bilang, terowongan itu peninggalan Jepang dan dipenuhi bangkai manusia. Banyak warga desa yang mengaku pernah melihat arwah-arwah gentayangan di sekitar sana.
“Woi, Ron! Hentikan cerita mitos itu! Jangan nakut-nakutin tamu kita!” Suara Dava memotong cerita Roni dengan nada tegas. Ia tak tahan mendengar sahabatnya terus-menerus menyebarkan kisah kelam Gunung Trawang kepada setiap tamu hotel. Kali ini, korban cerita Roni adalah Tian, seorang pria asal Bandung yang sedang menginap di hotel kecil mereka, Hotel Aura.
Ini bukan pertama kalinya Roni bercerita seperti ini. Setiap kali ada tamu baru, ia pasti mendekati mereka, berbagi kisah yang sama dengan antusiasme yang tak pernah luntur.
“Jangan percaya ceritanya, ya. Itu cuma bualannya aja,” ujar Dava sambil menyesap rokoknya dengan tenang. Lelaki bertubuh kekar dengan dada bidang itu memang pemilik hotel ini, seorang pria yang dikenal pragmatis dan tak mudah percaya pada cerita mistis.
Roni mendengkus. “Alah, bilang aja kamu takut dengar ceritaku. Setiap aku cerita, kamu selalu pergi.” Ia melontarkan protes dengan wajah yang kesal.
Namun, Tian justru tersenyum penuh rasa ingin tahu. “Saya malah jadi penasaran, Bang. Gimana kelanjutan kisahnya?” tanyanya dengan antusias.