"Cepat, jalan! Masuk ke terowongan!"
Sekitar 10 orang pasukan militer berseragam cokelat melakukan tindakan keji dan memborgol ratusan pria, wanita, serta anak-anak. Sekiranya penduduk asli Lombok ini dijadikan tawanan pasukan Jepang. Pada malam hari, mereka dimasukkan ke terowongan gelap, berada di bawah gunung pulau Trawangan. Kemudian di pagi harinya para tawanan dipekerjakan untuk membangun beberapa pelabuhan di pulau ini.
"Ibu. Ihsan takut, Bu. Kita akan ke mana, Bu?" tanya seorang bocah berusia sekitar 8 tahun kepada ibunya. Yang ditanya hanya bungkam sebab takut terjadi hal buruk kepada mereka.
"Hei, Bocah! Jangan berisik! Cepat, masuk ke terowongan!" tegas salah satu tentara Jepang. Matanya melotot tajam, memberi peringatan kepada bocah kumal itu.
"Ayo, Nak. Kita masuk saja. Jangan banyak protes," ucap sang ibu, lalu melangkah sembari menuntun anaknya.
"Ibu ... di dalam gelap. Ihsan tidak mau, Ibu."
"Bocah keparat!" Tentara mengayunkan cambuk ke punggung bocah yang bahkan tidak mengenakan baju itu. Hingga beberapa kali cambuk mengenai, ia bersimpuh dan menangis.
"Jangan. Aduh, sakit. Ibu, punggung Ihsan sakit, Bu."
"Keparat! Saya katakan, kamu jangan berisik!" Lagi, cambuk kembali mengayun dengan kasar. Punggung bocah itu terluka dan berdarah.
"Tuan, hentikan, Tuan. Maafkan anak saya, Tuan." Wanita yang rambutnya sebagian sudah memutih, bersimpuh dan memohon sembari tertunduk di depan kaki tentara.
"Berisik!" Si tentara tidak mau berhenti, lantas mengayunkan cambuk ke wanita itu. Ibu dan anak itu akhirnya menangis tersedu. Kasihan sekali mereka, sudah kerja tak dibayar, mendapatkan siksaan pula.
"Tuan, ampuni saya dan anak saya, Tuan." Sang wanita mencium kaki tentara di hadapannya. Namun, dalam sekejap, ia tersungkur akibat tentara menendangnya.
"Ibu!" Bocah bernama Ihsan menggapai sang ibu. Keduanya saling memeluk kemudian.
Beberapa saat, suasana hening ketika tawanan yang lain sudah berhasil dimasukkan ke terowongan. Wanita berkulit sawo matang serta anaknya masih dalam keadaan berpelukan. Si wanita melirik ke arah tentara kejam di samping. Alhasil, yang matanya tangkap ialah tentara menghunus sebuah pistol yang terselip di pinggang.
Tentu saja, wanita itu sudah tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa menit ke depan. Namun, ia tak mau ambil pusing. Ia tidak mau lagi memohon agar diampuni. Sia-sia. Para tentara itu pasti mengacuhkan permohonan ampun mereka, lalu mengikuti hasrat iblis yang berkecamuk di hati.
Si wanita memejam sembari mengeratkan pelukan untuk Ihsan. Di dalam hati, ia berharap bisa menemukan kedamaian di akhirat daripada di dunia yang kotor, dipenuhi oleh orang-orang keji.
Helaan napasnya yang ringan menandakan bahwa ia sudah ikhlas dan tulus untuk bertemu dengan Tuhannya. Ya, sepertinya mati adalah pilihan terbaik untuk mengistirahatkan lelah yang bergelimang.
DOR!!!
Tembakan dilepaskan, lalu tepat menembus ibu dan anak itu. Peluru bersemayam di tubuh mereka. Hingga beberapa kali, tentara melepaskan tembakan di beberapa titik, yaitu kepala dan tepat di jantung kedua tawanan.
--xxx--