TRAWANG

Marion D'rossi
Chapter #8

Musuh Sebenarnya

Tujuh puluh dua tahun silam, pulau Lombok dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk Gili-gili yang terletak di utara, berada di bawah cengkeraman penjajahan tentara Jepang. Sejak kedatangan mereka pada tahun 1942, penderitaan rakyat Indonesia—khususnya penduduk Sasak Lombok—tidak terhindarkan. Selama masa penjajahan itu, ribuan jiwa melayang akibat kelaparan, penyakit, dan penyiksaan yang tiada henti.

Untuk menanggulangi perlawanan yang muncul, tentara Jepang memaksa ratusan penduduk, yang dianggap membangkang, untuk dipindahkan ke Pulau Trawangan. Di sana, mereka diperlakukan dengan kejam dan tak manusiawi. Para tawanan dipaksa bekerja tanpa henti, tapi tak diberi makan dan minum dengan layak. Makanan yang diberikan hanya sekali dalam dua hari, itu pun hanya sisa-sisa yang sudah basi. Tubuh mereka semakin kurus dan lemah, rapuh oleh penyiksaan fisik dan kelaparan yang berkepanjangan.

Setelah terowongan yang dibangun dengan paksa oleh para tawanan selesai, penderitaan mereka semakin mencekam. Tentara Jepang membangun penjara yang begitu sempit, hanya cukup untuk satu orang berdiri di dalamnya. Dalam penjara-penjara itu, tawanan dipaksa bertahan hidup dengan sisa-sisa makanan yang sudah tak layak makan dan air laut yang tidak pernah disaring. Keringat, darah, dan air mata bercampur jadi satu dalam kegelapan, sementara harapan untuk bertahan hidup semakin memudar.

 

-II-

 

“Aku punya informasi bagus, Ron,” ucap Dava sambil menyesap kopi hangatnya di pagi yang cerah ini, setelah selesai mengantar sarapan ke kamar-kamar para tamu.

“Informasi? Apa?” tanya Roni, lalu duduk berhadapan dengan Dava di meja bundar dekat meja resepsionis.

“Tadi malam, aku melihat Dokter Jun menuju Gunung Trawang. Kecurigaanku selama ini ternyata benar. Ternyata, ada sesuatu yang dia sembunyikan. Di balik sikap ramahnya, dia benar-benar menipu kita,” jelas Dava dengan nada serius.

“Dokter Jun? Ke Gunung Trawang? Kenapa?” tanya Roni dengan beragam pertanyaan yang keluar begitu saja. “Ada yang aneh, ya?”

“Yang aneh itu, kenapa seorang dokter harus ke Gunung Trawang?”

Roni mengangkat tangannya, menyentuh dagu dan berpikir sejenak. “Hmm, iya juga, ya. Itu memang mencurigakan. Apa yang dia cari di Gunung Trawang? Mungkin dia berkunjung ke rumah teman? Atau ada pasiennya di sana? Tapi, nggak mungkin juga, sih.”

Kecurigaan mereka akhirnya memunculkan rencana. Dava dan Roni bertekad mencari bukti bahwa Dokter Jun terlibat dalam misteri yang melibatkan Gunung Trawang. Seminggu kemudian, pada malam Jumat yang sama, rencana mereka mulai dijalankan. Dava pun mengajak Lisa bergabung dalam misi mereka.

“Dav!” Roni memanggil Dava dengan suara pelan, mendekatinya. “Perempuan itu siapa?”

“Oh, ya. Aku lupa ngenalin kamu. Dia Lisa,” jawab Dava.

“Lisa? Pacarmu?” tanya Roni penasaran.

“Bukan. Temanku. Kami baru bertemu minggu lalu,” jelas Dava, lalu berteriak memanggil, “Lisa!”

Dari kejauhan, Lisa yang mendengar namanya dipanggil langsung mendekat.

“Kenalin, Lis. Ini Roni. Temanku di Hotel Aura,” kata Dava sambil tersenyum.

Lisa mengulurkan tangan dengan ramah. “Lisa,” ucapnya singkat.

Lihat selengkapnya