Dava yang tengah pingsan akhirnya tersadar setelah beberapa kali Roni mencoba menepuk sahabatnya itu. Dava bangkit sambil memegangi kepala yang masih terasa nyut-nyutan karena jatuh dari tangga. Matanya meneliti kepekatan sekitar yang hanya diterangi oleh cahaya dari lampu senter di kepalanya dan kepala kedua temannya.
“Dav? Kamu nggak apa-apa?” tanya Lisa yang tampak cemas dengan keadaan lelaki berambut panjang itu.
“Ah, iya. Nggak apa-apa. Kepalaku cuma terasa sedikit pusing,” jawabnya.
“Sebaiknya kita cepat, perasaanku nggak enak, Dav,” ucap Roni sesekali merinding.
“Iya, berarti ini tinggal lurus aja, ‘kan? Nggak ada jalan bercabang?”
“Sepertinya begitu,” balas Lisa dengan raut sedikit ragu.
“Ya, udah.” Dava mengeluarkan peta dari saku celana jins yang dikenakan, kemudian membentangkannya lebar agar Lisan dan Roni dapat ikut memperhatikan.
“Benar, nih. Kita tinggal lurus aja ke depan. Katanya nanti ada pintu menuju tempat yang dimaksud,” komentar Lisa memperjelas.
Ketiganya menjejakkan langkah pelan untuk membuktikan bahwa misteri yang selama ini meresahkan pulau Trawangan apakah ulah hantu atau sesuatu yang lain.
Di sepanjang jalan, mereka menyaksikan sejumlah bangkai manusia yang telah habis dimangsa belatung. Ya, bau di dalam terowongan bawah tanah ini tidak luput dari bau bangkai yang menyengat sehingga membuat mereka hanya bisa menutup lubang pernapasan.
“Di sana, mayat seorang perempuan kayaknya.” Roni mengarahkan cahaya senter pada sosok mayat yang tengkoraknya telah terkelupas dan digerogoti berbagai serangga pemakan bangkai.
“Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kalau memang mayat-mayat itu masih ada, berarti kejadiannya sekitar sekian bulan. Tapi, ulah siapa sebenarnya ini?”
Begitulah pertanyaan yang dilontarkan Dava tanpa bisa dijawab oleh kedua temannya. Tentu saja, sebab Lisa dan Roni juga tidak luput dari rasa penasaran untuk mengungkap misteri ini.
Berjalan beberapa meter dari tangga, mereka menemukan jeruji besi yang terpasang di sisi-sisi dinding terowongan. Di dalam jeruji itu terdapat beberapa tengkorak dan tulang belulang serta rambut panjang yang tampaknya mirip seperti milik seorang perempuan. Dari besaran tengkorak, Dava bisa mengambil kesimpulan bahwa di sana adalah tengkorak perempuan dengan anaknya yang juga seorang gadis. Sepertinya.
Sebuah suara sayup-sayup terdengar dari segala arah. Tentu, hal itu membuat langkah ketiganya terhenti dan menyorotkan cahaya senter ke sekeliling. Tidak ada yang aneh.
Lisa sepertinya sudah di ambang batas. Ia perlahan-lahan menempel Dava, berusaha meraih bahu lelaki itu.
“Kamu kenapa, Sa?” tanya Dava yang heran melihat tingkah Lisa.