TRAWANG

Marion D'rossi
Chapter #17

Peran Seorang Dokter

Mereka terbelalak seketika melihat isi peti yang baru saja dikeluarkan dari dalam tanah dekat makam. Seonggok bangkai, atau lebih tepatnya mayat manusia yang tampak telah mengering. Kulit-kulitnya habis termakan segala serangga. Kemudian, beberapa tulangnya menyembul dari tempat semestinya. Kain putih yang membalut tubuhnya juga lusuh dan habis dimakan rayap.

Bangkai yang ditemukan Dava dan teman-temannya itu tampak sudah berusia ratusan tahun. Tidak ada bau yang tercium.

“Apa ini? Mayat siapa?” desis Dava yang kemudian merasakan sakit di kepalanya. Seketika bayangan-bayangan masa lalu mulai berhamburan teringat di otaknya. Hanya satu yang menjadi fokus, yaitu seorang dokter yang bersekutu dengan militer Jepang di masa penjajahan.

Dokter yang begitu mirip dengan sosok Jun, ia juga yang melakukan penelitian mengerikan pada tubuh manusia seolah nyawa dapat dibeli dengan harga yang murah.

Dava berteriak kesakitan sambil memegangi kepala yang nyeri tak tertahan.

“Dava! Kamu kenapa?!” Lisa dan Roni serentak cemas, berusaha memegangi Dava yang hampir roboh.

Tak berselang lama, ingatan di masa penjajahan dalam kepala Dava terhenti dan beralih ke masa kini. Ia kenal tempat yang ada di penerawangannya, sebuah ruangan di klinik. Di sana terdapat seorang pria yang diperlakukan tak semestinya. Diikat dengan tali, kemudian dicambuk oleh seorang dokter yang wajahnya masih belum tampak jelas.

“Sialan ….” Dava menggumam seraya menyorotkan mata tajam, ada api emosi yang seketika bangkit di benaknya.

-ooOoo-

Dokter yang tinggi tubuhnya sekitar 170 sentimeter itu seketika menghentikan gerakan tangan yang semula menghardik pria yang tergantung di hadapan. Disorotkannya tatapan tajam sembari menyeringai.

Oh, aku sudah ketahuan ternyata, pikirnya.

Sang dokter kemudian mengambil sebuah katana di atas meja. Ia keluarkan pedang khas Jepang itu dari sarung yang melengkung dan berwarna hitam. Sebelum mulai menjejak mendekati pria yang telah habis ia hardik sedari tadi, dijilatinya pedang dengan tatapan mengerikan.

Seketika suasana di dalam ruangan berubah lebih mencekam dari sebelumnya. Embusan angin datang melalui ventilasi, menyingkap tirai-tirai kelam.

Pria yang dihardik tersadar dari pingsan, matanya yang tak lagi ditutupi kain meraba-raba cahaya di sekitar, sayang tak ia temukan. Lalu, ia lihat sosok dokter yang begitu mirip dengannya di hadapan tengah memegang sebilah pedang mengilap. Pria itu kembali dibalut takut yang memuncak. Ya, tangannya sudah tak ada, sekarang apa lagi yang ingin direnggut oleh dokter gadungan sialan itu?

“Tidak! Apa yang akan kamu lakukan?! Siapa kamu sebenarnya?!” Dokter Jun menggeleng cepat sembari matanya membelalak ketakutan.

“Kau akan mati, Dokter Sialan!”

“Kenapa? Apa yang salah denganku? Apa salahku padamu?”

“Karena kau sudah hidup di dunia ini. Aku akan menggantikanmu sebagai dokter di klinik ini. Hahahaha.”

Lihat selengkapnya