TRAWANG

Marion D'rossi
Chapter #18

Dokter Kejam

"Saya perintahkan kamu untuk menghabisi tiga anak keparat itu, Damar! Kalau sampai kamu tidak bisa juga menghabisinya, akan saya lenyapkan kamu dengan mantra pemusnah setan!"

"Hahahaha. Kau ternyata sudah berani memerintahku. Tapi, baiklah. Demi tercapainya harapanku selama ini, akan aku lakukan perintahmu."

"Ingat! Jangan sampai mereka mencium keberadaanku."

Pria yang berposisi membelakangi sang dokter di kegelapan lorong klinik melangkah pergi. Kini hanya tinggal Damar seorang—dokter yang menjadi tersangka atas pembunuhan massal di masa penjajahan—berdiri dengan seringai.

Dokter melangkah masuk ke sebuah ruangan pekat yang dipenuhi dengan jeruji di sisi kiri dan kanan. Manusia-manusia yang terkurung di jeruji sebagian tidak sadarkan diri. Namun, ada satu perempuan tak berdaya yang terus mencoba melepaskan belenggu di tangannya.

Perempuan itu berbaring sambil terus berontak melepaskan borgol. Dia tidak punya tenaga luar biasa untuk mampu menghancurkan besi yang melilit di tangan.

"Lepaskan saya!"

Dokter berhenti melangkah, membalik tubuh dan menuju jeruji pada urutan pertama yang tadi ia lewati.

"Apa kau lapar, Nyonya?" tanyanya dengan nada mengejek.

"Lepaskan saya!"

"Butuh seribu tahun memohon seperti itu untuk kulepaskan."

Mata sang dokter tertuju pada celurit yang diletakkan di atas nakas samping ranjang si perempuan paruh baya yang tampilannya begitu kumal dan berantakan.

"Nyonya, kau tahu ini apa?" Dokter memperlihatkan celurit pada perempuan sambil menggoyang-goyangkan di depan wajahnya.

"Tidak. Ampuni saya," ucapnya begitu pelan dengan nada permohonan.

Tampaknya, perempuan itu sudah begitu lelah. Bahkan suaranya pun parau ketika meminta ampun. Bulir bening di maniknya saja tak dapat ia bendung sehingga kembali bersimbah di wajah.

"Jika tidak mau nasibmu sama seperti yang lain, maka kau harus diam, Nyonya. Kebetulan sekali, aku punya kejutan untukmu, Nyonya. Ah, tapi kau harus menunggu sedikit lebih lama lagi. Akan kubawakan sesuatu yang telah kau rindukan sekian lama. Begitu baiknya aku. Berterima kasihlah."

Setelah tertawa renyah, dokter menyelip celurit di pinggang dan menutupi dengan jas putih. Ia melangkah keluar dari klinik.

-ooOoo-

Ketiga kawan di dalam terowongan bawah tanah berhasil selamat dari angin yang menyerang beberapa menit lalu. Namun, Lisa tampak tidak sadarkan diri karena merasa begitu lelah.

"Lisa. Bangun, Sa." Dava mencoba membangunkan Lisa yang saat itu ada di peluknya. Sementara itu, Roni harap-harap cemas sambil matanya mengitari sekeliling.

Roni melihat sesuatu yang berkilau beberapa meter di depan, tepat di bawah tangga. Karena penasaran, ia berniat memungut benda yang memancarkan cahaya senternya.

"Apa, ya?" Roni masih ragu untuk memungutnya, tapi kemudian ia ambil dan membolak-balikkan benda temuannya.

Sebuah kartu yang kusam. Ia membersihkan debu yang mengotori benda dengan pakaiannya.

KTP? gumam Roni.

Hingga setelah membaca siapa pemilik KTP yang ditemukannya, dahi Roni berkerut.

"Dav! Aku menemukan sesuatu yang menarik," katanya sambil berhenti di depan Dava yang tidak juga berhasil membangunkan Lisa.

Lihat selengkapnya