TRAWANG

Marion D'rossi
Chapter #20

Kemarahan

Beberapa waktu sebelumnya ….

"Aduh! Kepalaku ... sakit!" Lisa terpekik, tubuhnya terhuyung sebelum akhirnya bersimpuh di tanah yang lembap. Sakit yang luar biasa itu menyerang kepalanya, tanda ia akan segera mengalami penerawangan—sesuatu yang sering kali datang dengan rasa sakit seperti ini.

"Lisa! Kamu nggak apa-apa?" Dava cepat-cepat menahan tubuh Lisa agar tidak terjatuh ke tanah.

"Kepalaku, Dava, sakit banget," keluh Lisa dengan suara pelan, matanya berusaha terbuka meskipun rasa sakit itu sangat menyiksa.

"Dava, kita bawa minuman kan, di tas? Cepat ambil!" Dava panik, melihat Lisa semakin terkulai lemah di tangannya.

Roni, yang mendengar perintah Dava, segera mencari sebotol air mineral di dalam tasnya. "Ini, Dav," katanya, sambil menyerahkan botol itu tergesa-gesa.

Dava membuka tutup botol itu dan menolong Lisa meneguk air, berharap bisa sedikit meringankan rasa sakit yang dideritanya.

"Udah mendingan? Kamu nggak apa-apa?" Dava tampak khawatir, ia mencoba meletakkan kepala Lisa di pangkuannya, memberinya tempat beristirahat. "Coba tenang dulu. Rebahkan kepala di sini."

Lisa mengangguk lemah, mengikuti permintaan Dava, tapi wajahnya tetap menunjukkan ketidaknyamanan.

Beberapa menit berlalu, rasa sakit itu tampak sedikit mereda, tetapi tiba-tiba saja Lisa kembali berteriak dengan keras.

"Lisa! Hei, Lisa!" Dava menjerit, tapi suara itu seperti tak sampai. Teriakan Lisa semakin menjadi-jadi, seolah-olah ada jeritan yang datang entah dari mana, menguasai pikirannya.

Lisa, yang tak lagi bisa mendengar suara Dava, berusaha menutup kedua telinganya dengan tangan, tapi tubuhnya semakin lemas, tak sadarkan diri.

 

-II-

 

"Tolong, tolong! Kebakaran! Kebakaran! Tolong, hei. Matikan apinya!"

Riuh teriakan meminta pertolongan terdengar jelas di telinga Lisa. Tanpa bisa menahan rasa takut, ia melihat dirinya berdiri beberapa meter dari bangunan yang hampir sepenuhnya dilalap api. Orang-orang berlarian di sekitar, sebagian mencari tempat aman, sebagian lagi berusaha mengevakuasi korban-korban yang masih terperangkap di dalam bangunan yang terbakar.

Suasana itu begitu mencekam. Dalam kebingungannya, Lisa merasa dirinya tak berada di luar bangunan lagi. Dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada di tengah-tengah kobaran api. Kayu-kayu bangunan yang terbakar meluncur jatuh, dan Lisa hanya bisa mendongak, merasa panik. Sebuah kayu besar terjatuh ke arahnya, dan tanpa pikir panjang, ia mengangkat tangan, mencoba menahan benda itu dengan lengannya yang seakan tak bernyawa. Ajaibnya, kayu itu melayang melewatinya, seolah tidak menyentuh tubuhnya sama sekali.

Lisa tertegun sejenak, baru menyadari dirinya berada di tempat yang tak nyata. Tangannya yang hampir transparan menggambarkan kenyataan yang menyakitkan—semua hanya ilusi.

"Ayo, Ma! Kita keluar dari sini!" Terdengar suara wanita paruh baya yang mengenakan seragam koki, menarik tangan rekannya dengan penuh semangat.

Lihat selengkapnya