Treasure of Nusantara

Rudie Chakil
Chapter #5

Amanat!

Aradhea membuka mata, melihat dirinya sendiri sedang berada di sebuah ruangan besar seperti interior perpustakaan megah.

Sangat megah, bahkan.

Buku-buku tebal berbagai ukuran tersusun rapi pada deretan lemari yang mengelilingi tembok pualam biru laut setinggi sepuluh meter. Ornamen serta isi ruangan benar-benar indah, artistik dan tertata sempurna sekujur mata memandang. Lantainya keramik, berwarna abu-abu terang.

Ketika menyaksikan sebuah tempat yang ia sendiri tidak tahu di mana itu, ia lalu mendekati seseorang yang berdiri di antara area baca dengan lemari bahari berwarna cokelat cerah. Dalam ruangan megah tersebut tidak ada siapa pun kecuali orang itu.

Aradhea terus mendekat tanpa perasaan curiga, dan pertanyaan tentang; Siapakah dia?

Sosok yang hendak mengambil buku itu kemudian berbalik badan.

Aradhea melihat wajahnya bersinar bagaikan bulan purnama. Terang namun tidak menyilaukan. Terlihat juga sedikit gambaran dari gurat wajahnya, serupa pria-pria yang berasal dari Timur Tengah. Perawakannya pun tinggi besar. Mengenakan jubah putih dan sorban.

Aradhea merasa heran. Pria itu lantas mengulurkan tangan sambil tersenyum.

"Saya, Suryadiningrat," ujarnya, dengan genggaman tangan erat bersahabat. Suatu perkenalan resmi dari sosok yang terasa amat rendah hati.

"Maukah engkau aku tunjukkan jalan keluar dari semua masalahmu?" sambungnya bertanya. Senyuman dari pria matang berwajah bijaksana itu kian merekah, bak secercah cahaya di tengah keremangan suasana.

Aradhea mengangguk-angguk. Pria itu lantas melepaskan genggamannya.

Sekejap kemudian, ruangan perpustakaan tersebut berubah menjadi ruangan yang jauh berbeda. Kondisinya sungguh gelap. Hanya ada sedikit berkas cahaya dari arah belakang, berbayang-bayang pada dinding ruangan yang tampak seperti aula kelam.

Sosok pria bersorban itu lalu tersenyum. Aradhea berbalik badan, melihat ruangan yang tersimpan banyak sekali harta karun, dengan cahaya yang berpendar memenuhi seisi ruangan besar. Sangat menyilaukan.

"Harta ini adalah milik para pendahulumu yang diamanatkan kepadaku. Engkau adalah orang yang berhak untuk menerimanya."

Aradhea kian terkesima melihat kilau sinar yang berkelip indah bersama cahaya dari wajah pria tak dikenal itu.

"Jika engkau ingin mengambilnya, maka pejamkan matamu selama lima detik sambil terus mengingatku. Niscaya aku akan datang dan membimbingmu. Engkau adalah pemilik yang sah atas semua ini."

Detail ruangan yang tersimpan harta karun itu sungguh tergambar dalam ingatan Aradhea, seiring pandangan dan kesadaran yang menguap bersama heningnya malam.



***


Lihat selengkapnya