TRIAD

DENI WIJAYA
Chapter #10

RESIDIVIS #10

Pintu terbuka perlahan dan Jefry melihat Tommy muncul dari balik pintu. Namun dia kelihatan berbeda dari biasanya yang periang dan suka bercanda. Ditambah lagi saat ini wajahnya terlihat agak pucat dan sangat gelisah.

"Tom, ada apa denganmu?" tanya Jefry sambil melirik wajahnya yang pucat.

"Apa kamu sedang sakit atau ada masalah lagi dengan Poltak? Kamu tak terlihat seperti biasanya!" lanjut Jefry.

Dengan sedikit ragu, Tommy mendehem dan dengan sikap bimbang Tommy mulai bercerita, "Ya Kak, masalah perempuan. Aku sangat gelisah, tak bisa tidur semalaman, dan seperti yang kau lihat aku bagaikan mayat hidup..hehe..!"

"Hehe.. perempuan? Oh..sekarang aku tahu, kamu lagi jatuh cinta ya?" tanya Jefry.

"Bisa dibilang begitu Kak…" jawab Tommy.

"Lho orang jatuh cinta itu khan biasanya gembira… ceria, e.. e.. ini kok malah susah, gimana sih.. ?!" tanya Jefry.

"Tapi Kak, dia bukan perempuan seperti biasanya?" ucap Tommy.

"Maksudmu… kamu jatuh cinta kepada setan, genderuwo atau kuntilanak.. ya.. hehe ?" goda Jefry.

"Ya nggak lah, masa aku suka sama gendruwo, Kak Jefry ini bisa aja.. Hm… " sahut Tommy dengan sewot tapi sejenak senyum menghiasi wajahnya.

"Kak… dia seorang pelacur.. " sahut Tommy lagi.

"Apa ?! Kau suka kepada pelacur..?! Siapa dia?" ucap Jefry kaget.

"Iya Kak.. apakah salah jika aku mencintainya dan apakah perempuan seperti dia juga tidak berhak untuk mencintai dan dicintai? " sanggah Tommy.

"Tidak juga. Semua manusia siapapun dia, pasti mempunyai rasa cinta. Mereka berharap untuk bisa mencintai dan dicintai oleh dan kepada siapapun juga. Tommy…, semua terserah padamu, jika kamu sudah merasa bahagia dengannya kenapa tidak?" ucap Jefry.

"Hm.. memang cinta itu terkadang sulit untuk dipahami. Pesanku padamu Tommy…, wanita terkadang memang sulit untuk dimengerti, ya." lanjut Jefry.

"Ya, ya, cinta memang sebuah teka-teki yang sangat sulit!" Jefry masih dengan celotehannya. Seolah ada suatu perasaan yang dia sembunyikan.

Keputusan Tommy meninggalkan dunia premannya mendapat reaksi keras dari teman-temannya terutama kedua kakak seperguruannya, Jefry dan Willy. Mereka menganggap Tommy telah berkhianat kepada mereka dan akhirnya dirinya pun ditinggalkan oleh kelompok yang selama ini diikutinya. Namun Tommy tidak menyesal akan keputusan tersebut.

Tommy hanya merasa, tampaknya dirinya sudah mencapai titik puncak dalam kenakalan, dan ternyata tak ada apapun yang bermakna yang dia dapatkan. Seorang wanita yang mungkin semua orang menganggapnya hina, namun dia dapat membuat Tommy untuk mengambil suatu keputusan yang sulit dalam hidupnya.

Namun, godaan-godaan tidaklah kecil. Rekan-rekannya sesama preman masih terus mengajaknya kembali ke dunia hitam. Bahkan ada yang mencibirnya. Meskipun kadangkala Tommy terpancing emosinya dan secara fisik ingin meladeni cibiran-cibiran terhadapnya, dia berusaha sabar. Dia tahu jika emosional, justru pada dasarnya dia kembali lagi ke dunia lama.

Waktupun terus berlalu, suara sirine itu membangunkan kesadaran Tommy dan Fransisca, mereka harus segera pergi dari sini. Polisi sebentar lagi akan datang dan menangkap mereka karena kini mereka merupakan buronan polisi sekaligus harus menghindar dari kejaran mantan bosnya, Jefry. Tommy menarik, menggandeng tangan Fransisca, mengajaknya berlari menjauhi suara sirine, dan berusaha lari secepat mungkin. Namun, wajah Fransisca mengganggunya, wajahnya menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran.

Dalam persembunyiannya, Fransisca masih ketakutan dan berdiri diam di sampingnya.

Lihat selengkapnya