TRIAD

DENI WIJAYA
Chapter #11

PESAN DARI BALIK JERUJI BESI #11

Singkat cerita, keesokan malam, seperti yang mereka rencanakan sebelumnya, Tommy dan Willy dengan beberapa orang anak buahnya menyatroni Poltak di tempat mangkalnya. Namun setibanya di sana, suasananya sepi sekali.

“Kenapa kok sepi. Ke mana mereka?” tanya Tommy.

“Mungkin Poltak sudah tahu kedatangan kita, atau mungkin dia sedang pergi,” jawab Willy.

“Kak Willy, tetap waspada. Jangan-jangan ini suatu jebakan!” kata Tommy sambil siaga dengan golok di tangannya.

“Ya, akupun juga merasakan demikian. Hei, kalian semua waspada!” teriak Willy.

Mereka mulai memasuki halaman gudang tempat mangkal geng Poltak, dengan senjata pisau dan golok ditangan, mereka seolah hendak menghadapi suatu pertarungan hidup dan mati. Dan benar saja, tak berapa lama, mereka sudah dikepung oleh kelompok si Poltak dalam jumlah yang banyak. Melihat jumlah lawan yang tidak sebanding, tapi tak membuat nyali Tommy ciut.

“Kak Willy, sepertinya ada seseorang yang telah berkhianat, aku yakin seseorang telah membocorkan kedatangan kita kepada Poltak. Kurang ajar siapa dia?!” kata Tommy dengan emosi dan amarah yang meledak.

Merasa Tommy sudah mulai curiga, Willy berusaha untuk mengalihkan perhatiannya.

“Tom, jangan takut kita akan hadapi mereka bersama-sama!” kata Willy.

“Hei…, berani-beraninya kalian menyatroni tempatku. Sungguh besar nyali kalian. Hei, Bud, belum kapok juga kau…Ha ha ha!” teriak Poltak.

“Poltak, aku kesini untuk menagih hutang Willy!” teriak Tommy.

“Bah.., kamu bilang apa! Hutang..? Hutang apa?!” bantah Poltak.

“Hei, Poltak. Bayar hutangmu atau…..” ancam Willy.

“Atau apa…ha ha ha?!” sahut Poltak.

“Kamu masih mau melawanku sekarang, dasar goblok, anak buahku lebih banyak, jangan cari perkara kamu. Cepat pergi sebelum kalian menyesal!” kata Poltak.

“Poltak, tidak ada dalam kamus Pintu Sembilan untuk takut atau melarikan diri. Atau kami harus menyerah pada seorang Poltak, jangan mimpi. Dasar pecundang!” balas Willy.

“Bah.., apa yang baru saja kamu katakan?! Kurang ajar!” bentak Poltak.

“Sudahlah Kak, tidak perlu banyak omong lagi. Ayo kita lawan mereka!” teriak Tommy.

“Ayo habisi mereka!” perintah Poltak kepada anak buahnya.

Perkelahian pun tidak dapat dihindari lagi. Suara teriakan, jeritan kesakitan, dentingan benturan dua logam baja dan teriakan heroik mewarnai perkelahian itu. Namun belum lama mereka bentrok, sayup-sayup terdengar sirene mobil polisi yang meraung-raung. Semakin dekat dan semakin dekat terdengar di telinga Tommy.

“Hei, hentikan! Kita pergi, ada polisi!” teriak Poltak kepada anak buahnya yang sebagian dari mereka ada yang terluka dan berdarah.

“Jon, kamu tidak apa-apa?” tanya Tommy kepada Joni yang mengerang kesakitan karena luka bacok di lengan kanan dan perut. Begitupun dengan sebagian dari anak buah Willy yang terluka karena sabetan benda tajam.

“Tom, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menangkap kita,“ kata Joni.

“Hei, kemana Kak Willy? Jon, apa kamu lihat dia?” tanya Tommy.

“Nggak, aku dari tadi tidak melihatnya,” jawab Joni.

“Hm.. kemana Kak Willy?” ucapnya dalam hati.

Lihat selengkapnya