TRIAD

DENI WIJAYA
Chapter #16

DUEL MAUT #16

Tommy terjatuh dan merasakan nyeri di paha dan punggungnya.

'Sial, andai aku bisa melihat gerakannya yang cepat itu,” kata Tommy dalam hati.

Baru setengah bangkit, Tommy sudah dihajar lagi oleh Willy. Tommy seperti sasak hidup yang menjadi bulan-bulanan pukulan Willy. Dia tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada adik seperguruannya itu untuk memberikan perlawanan.

"Kamu tahu! Untukmu, aku akan membuatmu tak berkutik dengan nyeri di sekujur tubuhmu! Rasakanlah!!" ancam Willy sambil menghajar Tommy dengan pukulan tinjunya.

Tommy yang setengah sadar sesekali bangun dan mencoba menyerang Willy, tapi gerakannya selalu dengan mudah dihindari dan justru berakhir menjadi dia yang dijatuhkan oleh Willy.

“Pandanganku kabur. Sial! Belum juga aku bisa melihat gerakannya.” keluh Tommy dalam hati.

"Rasakan ini! Rasakan ini! Hahahahaha... Tommy, justru kamulah yang telah berkhianat. Kurang ajar!" tawa Willy senang sambil menghajar Tommy yang jatuh bangun.

'Hei... Pandanganku mulai berbayang. Sial! Ugh... !” Tommy dihajar habis-habisan di bagian perut, lengan, paha dan pipi.

"Kamu hanya bisa melamun saja sekarang? Hahahaha... kasihan sekali!" "Duagh!!" Sebuah tendangan lurus dari depan ke perut, menjungkalkan Tommy ke belaMas.

Tommy sudah tak mampu bangkit, hingga membiarkan dirinya terkapar berbaring di lantai. Untuk beberapa saat dia mencoba untuk bangkit.

"Heh! Masih punya sisa tenaga? Baiklah, sebentar lagi kamu akan kubuat tak mampu menggerakkan jarimu lagi!" kata Willy sambil menghampiri dan menghajar Tommy lagi.

“Konsentrasi, konsentrasi!” Tommy berusaha mengikuti gerakan kaki Willy. Gerakannya seperti melambat dalam penglihatan Tommy.

'Terlihat, ke arah paha kiri!'

"Duaghh...!!!"

Kaki kanan Willy membentur keras pada lutut kiri Tommy yang diangkat untuk menahan tendangannya. Seketika Willy terduduk sambil memegangi kaki kanannya yang sakit luar biasa sementara Tommy juga merasakan nyeri pada lutut kirinya.

"Sialan! Kenapa bisa begini! Tidak mungkin... Bagaimana kakinya bisa sekuat itu. Padahal Mbah Salim tidak pernah mengajarkan olah kaki." Willy tidak percaya.

'”Ternyata kakiku cukup kuat untuk menahan serangan mas Willy!' seru Tommy dalam hati.

Sementara itu, Willy bangkit diikuti oleh Tommy. Mereka akan memulai pertarungan berikutnya.

"Kali ini tidak ada ampun lagi untukmu. Mungkin yang tadi hanya kebetulan. Aku malu kalau harus kalah darimu.. hahaha…” ucap Willy dengan congkaknya.

“Sungguh luar biasa! Apa kakinya tidak terasa nyeri lagi!" umpat Willy lagi dalam hati.

"Hei, Tom! Tidak ada waktu buat celingak celinguk, dasar bodoh! Rasakan ini!" Willy maju menyerang dengan tinjunya.

Tommy melihat serangan tinju kanan Willy yang menuju wajahnya, secepat itu pula dia berhasil menahan dengan lengan kirinya. Tommy mencoba melakukan serangan balasan, dia menyerang dengan tinju kanannya, namun Suki mendadak melancarkan serangan kedua, sebuah tinju kiri yang mengarah ke perut kanan Tommy. Dengan sedikit kewalahan Tommy mencoba menarik pukulan tinju kanannya untuk menahan serangan Willy.

"Bug! Dug! Bug!" Tinju kiri Willy mendarat tepat di perut kanan Tommy dan diikuti tinju kanan di pipi, membuatnya terjungkal ke samping.

“Sepertinya kakinya sudah tidak sakit lagi. Dan meskipun aku bisa melihat gerakannya, tapi gerakanku tidak mampu mengimbangi gerakannya!” pikir Tommy sambil mencoba bangun lagi.

“Kini aku tahu kelemahannya. Aku harus menangkap tangan atau kakinya agar bisa menghajarnya. Aku harus terus waspada dengan kakinya!” ucapnya dalam hati.

Lagi, Willy mulai maju menyerang Tommy yang baru berdiri.

“Lihat dan tangkap... Lihat dan tangkap..., konsentrasi, konsentrasi." gumam Tommy dalam hati sambil waspada terhadap serangan kakak seperguruannya itu.

Namun mendadak Willy membalikkan badannya dan menendang dengan kaki kanan ke arah perut Tommy.

“Duag!" Tommy membiarkan tendangan itu mendarat di perutnya karena susah ditangkap. Tommy meringis menahan sakit di lambungnya.

Willy kemudian mengayunkan lengan kirinya searah perputaran badannya ke arah kepala Tommy.

Tanpa disadari oleh Willy, mendadak Tommy pun segera memajukan badannya sedikit dan lalu menggerakkan kedua tangannya menangkap lengannya.

”'Kena kau sekarang!” teriak Tommy.

Tommy berhasil mengunci lengan Willy dengan kedua tangannya. Lalu segera Tommy memelintir lengan Willy dengan sekuat tenaga hingga patah. Namun tiada ekspresi kesakitan, justru dia segera berbalik menghajar Tommy dengan tinju kanan dan kaki kanannya.

Tommy segera melepaskan lengan Willy dan bergerak menjauh darinya agar tidak menerima serangan bertubi-tubi.

"Hahahahaha..... Kamu tahu? Sekarang kamu tahu seberapa besar kekuatanku! Dari dulu kamulah yang terlemah diantara kita. Tapi kenapa seolah Mbah Salim hanya memperhatikanmu saja. Hahahaha... terimalah ini!!" Suki dengan wajah tertawanya segera menerjang ke arah Tommy lagi, meski lengan kirinya sudah patah.

Lihat selengkapnya