Blurb
Tiga Perempuan, Tiga Cerita, Satu Nama .
Tiga perempuan berbeda usia itu bernama panggilan Angel. Mereka duduk dalam satu meja di sebuah café cozy daerah Bandung. Mereka saling bertukar cerita tentang kisah cintanya masing-masing. Keduanya seperti bersaudari, padahal tidak. Mungkin hanya di jejaring sosial facebook mereka mengikat hubungan persaudaraan dengan memasang status kekerabatan karena kesamaan nama dan interaksi yang terjalin cukup lama. Angela. Seorang perempuan berusia kepala dua. Karyawati sebuah toko studio foto. Dandanannya sederhana, feminin dengan bola mata yang bulat bening, memancarkan ketulusan dan kebaikan hati sebagai kepribadiannya. Ia menyeruput secangkir kopi mocca hangat dan mengambil nafas dalam-dalam memerhatikan Angelina berbicara.
Di sampingnya ada Angelic. Wanita yang berkarir sebagai foto model ini usianya baru saja menginjak kepala tiga. Kerutan di dahi dan wajah, terutama garis hitam di bawah kelopak mata menunjukkan sebuah kegalauan. Tampaknya, tahun-tahun yang ia lalui tidak seperti yang diharapkannya. Orang yang peka dan bisa membaca raut wajah, pasti tahu bahwa wanita ini sangat sering menangis karena tragedi yang dialami dalam kehidupan pribadinya.
Lain lagi dengan gadis remaja bernama Angelina yang sedang berbicara banyak tentang maksud kedatangannya ke Bandung. Gadis lugu asal Yogyakarta itu selain ingin menemui kedua kakak angkatnya: Angelic dan Angela, juga karena sedang menikmati libur semester bersama kekasihnya yang berdomisili di Bandung.
"Jadi, kamu cuma sehari ini saja disini Lina?" tanya Angelic.
Mereka bertiga memang memiliki nama panggilan masing-masing agar tidak tertukar. ‘Haram hukumnya", memanggil seseorang di antara mereka dengan sebutan ‘Angel". Karena pasti akan tertukar.
"Iya Teh Lic, aku kan enggak punya sanak saudara disini. Aku kesini juga dijemput sama Bintang. . . " Angelina tersenyum bangga saat mengatakan hal itu.
"Nginep di rumah Mbak aja, Lina. Mbak Ela cuman tinggal berdua sama ibu kok. Kan libur sekolahmu masih lama," tawar Angela pada Angelina.
"Di kostanku juga bisa kok. . . " Angelic menimpali.
"Wah. . . kakak-kakakku ini baik sekali.Aku pengen banget sih berlama-lama di bandung, tapi kan. . . . Aku cuman diizinin sehari aja sama orangtuaku. Itupun harus Bintang yang mengantarkanku lagi ke Jogja," jelas Angelina menerangkan.
"Gampang, nanti Mbak Ela atau Teh Lic nelpon sama orangtuamu," bujuk Angela lagi. Angelina tampak kebingungan dan berpikir.
Sesaat, Angelic meminum secangkir tehnya lalu berkata, "Mana sini nomor rumahmu? Biar aku ngomong sekarang juga." Angelina hanya menurut dan langsung memberikan nomor telpon rumahnya. Tanpa banyak cakap, Angelic langsung menelpon. "Halo. . . bisa bicara dengan Ibunya Angelina. . . ?" sapa Angelic ramah. "Oh. . . iya Tante. Ini saya Angelic dari Bandung. Apa kabar tante? Salam kenal. Sekarang saya lagi sama Angelina. Sepertinya dia senang sekali disini Tante. . . Iya Tante.. baik Tante. Jangan khawatir, saya dan Angela akan menjaga Angelina. Meski baru ketemu, kami sudah seperti saudara di facebook tante. Hehehe. . . Eh, Omnya lagi kerja ya. . . ?"
Hanya butuh kurang dari sepuluh menit hingga akhirnya Angelic berhasil membujuk kedua orang tua Angelina.
"Beres. Kamu enggak usah cemas lagi. Kamu boleh tinggal di sini selama tiga hari. Kami akan melayanimu dengan baik. Iya, kan Ela?" Angelic mengerlingkan matanya pada Angela.
"Iya. . . tentu saja. . . karena tamu adalah raja," Angela menjawab sambil tersenyum ke arah Angelina.
"Tapi Mbak. . . " Angelina berkata lagi dengan raut wajah yang terlihat bingung.
"Apa lagi?" tanya Angelic heran.
"Aku kan cewek. . . berarti aku ratu dong. . . bukan raja!" lanjut Angelina lagi polos, membuat Angelic dan Angela tertawa lepas.