Cinta? Ah, No komen!! Aku tak pernah merasakan apa itu cinta. Aku tidak mau bermuluk-muluk berbicara tentang cinta. Sekalipun sudah belasan kali aku pacaran. Meski tak terhitung jumlahnya, entah berapa kali kutolak cowok-cowok di kampusku dan teman-teman selewat yang menyatakan cinta (yang ku yakin merekapun tak tahu artinya) padaku.
Wajar saja, selain seorang mahasiswi perguruan tinggi jurusan pendidikan Taman Kanak-Kanak di Bandung, aku yang memang orang sunda asli ini juga bekerja sambilan jadi model. Aku sering ikut jadi pemeran figuran berbagai sinetron di Televisi Swasta. Aku pun cukup sering nampang di majalah-majalah dan tabloid remaja.
Aku tidak pernah menyebut diriku cantik. Cantik itu relatif (sama dengan cinta)! Kenapa banyak pemuda-pemuda yang suka padaku dan megejarku, itupun aku tak tahu. Aku tidak pernah berusaha memikat mereka dengan dandanan yang berlebihan, kalaupun ku lakukan itu hanya sekedar tuntutan profesi! Tidak lebih!
Aku hanya berusaha menjadi diri sendiri. Terserah orang melihatku bagaimana. Mereka berhak untuk menilaiku dengan pandangannya masing-masing. Ada yang menganggapku cewek murahan karena sering berpacaran dengan pria yang jauh lebih tua umurnya dariku. Ada yang menyebutku matre karena aku selalu berpacaran dengan pria-pria berdompet tebal dan kata mereka aku selalu menguras saku mantan-mantanku.
Aku tetap tidak peduli apa kata mereka. Bagiku sebagai gadis modern di zaman sekarang materialistis itu realistis! Karena nantinya jika aku menikah, aku akan sangat membutuhkan materi dan uang! Bukan sekadar cinta! Sayang, pikiran jauh ke depanku itu sering disalah persepsikan mereka.
Aku sudah terbiasa mendengar cibiran orang-orang di sekelilingku, tapi aku tak mau mendengarnya lalu memikirkannya dalam-dalam. Buat apa? Buang-buang waktu. Kadang kalaupun terdengar secara langsung, aku pura-pura tak mendengarnya. Yang lebih tahu diriku cuman aku sendiri.
Sebenarnya aku sudah lelah dan bosan dengan menghabiskan waktu untuk berpacaran. Dari masa pacaran ala SMP yang cuma pandang-pandangan dan main mata di dalam kelas atau pergi ke sekolah dan pulang bareng sampai pacaran saat SMA yang mulai main ke mal, nonton ke bioskop atau ngeliat pertunjukan dan konser-konser band, semuanya sudah pernah aku alami.
Beberapa tahun terakhir ini aku sering berpacaran dengan pria dewasa yang lebih tua umurnya dariku. Yang terakhir ketika aku berpacaran lebih dari dua tahun dengan dosenku yang umurnya beda cukup jauh: sembilan tahun! Aku sangat kecewa dan sakit hati karena ternyata dia sudah beristri. Untuk mengobati sakit hatiku dan melupakananya itulah aku mencoba menjalani hidup dengan menyibukan diri di bidang modelling dan Entertainment.
Sampai pada suatu hari, Doni, kenalanku sesama model mendekatiku. Semakin lama ia semakin mengakrabkan diri, lalu dengan pedenya ia menembakku melalui telephone.
“Ngel, aku suka sama kamu!!” aku menganggapinya dingin. Entah berapa ratus kali ku dengar kalimat itu dari ratusan cowok yang berbeda. Ya, memang lebih dari seratus setelah ku hitung-hitung. Bukan hanya hiperbolis.
“Suka?? Aku juga suka sama kamu, kamu ganteng, putih dan ….. asik!!” balasku
“Angel! Aku serius!!”
Terserah!!! Aku sudah capek pacaran!! Aku tidak peduli setampan dan seputih apa parasnya, setinggi apa tubuhnya, aku tidak tertarik. Pengalaman membuatku mengerti bahwa memang penampilan bisa menipu. Yang aku cari: setebal apa dompetnya?
“Aku orangnya suka makan, suka ditraktir, suka belanja!” aku menegaskan hal itu pada Doni ketika ia kembali menanyakan jawabanku di sebuah lokasi pemotretan.
“Aku sanggup!!” ujar Doni cukup serius. Seolah ia mengerti sifatku dan mampu untuk memenuhi segala keinginanku.
“Kamu enggak takut sama Bang Ben?”