Setelah beberapa bulan, akhirnya Doni mendapat pekerjaan di Jakarta dan kerjaannya justru bolak-balik Jakarta-Bandung untuk tetap bisa kerja namun masih bisa menemuiku dan menghabiskan waktu bersamaku. Aku kurang tahu apa dan seperti apa pekerjaannya. Yang jelas, ia bisa memberiku uang saku tiap bulan, pulsa hp dan cukup sering mentraktirku. Yang berarti (mungkin) gajinya minimal mencapai lima juta.
Untuk sementara, aku salut dengan kesungguhan Doni yang selalu bisa membuatku senang dan nyaman di dekatnya. Namun bagiku selisih usianya yang berbeda satu minggu pun dibawahku antara Doni dan aku membuatku kadang selalu meremehkan dan menganggapnya anak kecil. Aku merasa lebih dewasa darinya, karena selama ini mantan-mantanku selalu jauh lebih tua dariku. Sampai aku sendiripun bingung bagaimana membedakan kata ‘tua’ dan ‘dewasa’.
Selama pacaran, aku dan Doni selalu menghadapi cukup banyak persoalan. Dari yang sepele sampai yang bikin bete. Tapi aku lebih sering terlihat tidak peduli dan apatis karena aku memang ‘enggak cinta’ sama Doni. Tingkah lakuku sebagai seorang pacar aku perankan dengan baik semata-mata hanya untuk menghargai dia dan status kami.
Pernah terjadi suatu masalah yang berasal dari sebuah gosip dan kabar burung. Aku dengar Doni meninggalkan pacar terdahulunya dan mencampakkannya begitu saja saat putus. Kupikir isu itu kemungkinan besar benar karena Doni memang cowok tampan, idola banyak cewek secara dia seorang mantan model.
Bisa saja Doni memanfaatkan kelebihan fisiknya untuk mempermainkan gadis-gadis. Orang yang tidak tampan saja banyak yang belagu, apalagi yang setampan dan seputih Doni? Begitu pikirku. Makanya, aku tidak mau nanti di campakkan seperti mantannya itu, aku biasa mencampakkan. Tidak mau dikianati lagi, lebih baik menghianati.
“Ngel, kalau Rini mantanku itu memang benar, tapi kalau aku mencampakannya itu salah besar! Kita putus secara baik-baik kok. Kalau kamu enggak percaya, aku bawa nanti dia ke hadapan kamu!"
“Iya bawa aja! Aku enggak percaya omongan dan mulut manis cowok. Aku mau dengar langsung dari orangnya!!” Hey, kenapa aku ini? Apa aku mulai cemburu?? Ah, tidak mungkin, aku tidak (atau mungkin belum) mencintai Doni. Aku hanya tidak mau dibohongi, itu saja.