Tiap tahun baru, hari valentine, hari ultahku, hari ultahnya, sebelum puasa dan setelah lebaran, secara rutin Doni pulang ke Bandung. Setiap pulang, Doni selalu menghabiskan liburannya selama satu minggu penuh di kota kembang ini.
Waktu itu, saat Doni masih di Bandung, aku minta diantar ke sebuah stasiun radio swasta untuk mendaftar dan mengikuti audisi lomba pembaca berita. Saat itu, audisi sudah hampir dimulai dan aku harus mengejar waktu. Doni yang tidak ingin aku telat mengikuti audisi itu mengebut motornya sampai ke batas maksimum, sampai kami terjatuh di sebuah jalan sepi yang licin.
Aku ingat saat itu aku hanya merasa sangat pusing dan lecet-lecet sambil samar-samar kulihat Doni mengeluarkan banyak darah dari kepalanya, helmnya entah kemana, yang jelas, saat itu di antara sadar dan tidak aku mendengar Doni yang terus menanyakan keadaanku sambil memelukku sekalipun yang terluka parah adalah dirinya.
Sejak kejadian itu Doni mendapat luka di dalam kepalanya yang cukup serius. Pada saat ia kepanasan atau stress, hidungnya selalu mengeluarkan darah. Tapi Doni selalu menghiburku bahwa itu hanya mimisan biasa. Tapi selain luka itu, aku baru tahu dari dokter bahwa Doni juga punya penyakit kekurangan sel darah putih dan kolestrol tinggi.
Ah, aku tidak mengerti secara medis, yang kutahu Doni seorang yang cukup menderita dengan penyakit menahunnya itu. Ditambah lagi luka setelah kecelakaan dan yang lebih parah adalah luka hati yang selalu kuberikan saat aku mulai jadi pencemburu dan tidak mudah percaya dengan omongannya.
Kejadian itu terulang lagi, ketika aku jadi sangat takut kehilangan dia dan sering cemburu tanpa alasan. Sampai-sampai saat pertengkaran yang cukup lama terjadi di sebuah jalan ramai ketika kami betengkar sengit, Doni mencoba memotong urat nadinya untuk membuktikan cinta dan kesetiaannya padaku.
“Ngel, kalau kamu enggak percaya aku akan membuktikan cintaku sama kamu!!!”
“Coba buktikan!” tantangku. Aku tidak percaya ada cowok yang seperti itu di zaman sekarang.
Doni pergi ke sebuah kios dan membeli sebuah silet lalu dihadapanku dan orang-orang di sekitar kami, ia membuka bungkus silet itu. Kukira Doni cuma menggertak saja, tapi ia benar-benar menyayat urat nadinya. Aku hampir tak percaya dengan apa yang ku lihat. Darah muncrat ke wajahku dan aku langsung pingsan!