Trilogi Trimatra: Cita Punca Prawira

elrena._
Chapter #2

Dia, Mahaprana Aditya

“Terimakasih ya sudah mau sharing sama pendengar Smacapra production, see u later!

And cut! Good job guys!” teriak seorang siswa selaku kameramen dan memberikan tepuk tangan. Seluruh tim produksi memberikan tepuk tangan dan segera membereskan studio rekaman milik SMA Punca Prawira. Rula dan Adit mendapatkan banyak pujian dari para senior dan menawarkan untuk bergabung sebagai pembawa acara smapra production.

“Prince, kayanya Adit yang atlet Taekwondo cocok ya sama si kalem Rula!”

“Berhenti menjodoh-jodohkan semua junior Danur, kasihan pacar mereka.”

“Prince, mereka belum ada pacar loh! Iyakan?” tanya Grizelle pada para juniornya.

“Siap, belum kak!”

“Jangan mau dijodohkan sama senior ya dek ya,” celetuk Prince kemudian melakukan salaman dengan seluruh tim produksi kemudian meninggalkan ruangan. Grizelle terbelalak mendengar sahutan dari rekannya, Prince Dharmendra. Sejak kapan seorang ketua OSIS yang biasanya menjaga image sebagai ketua OSIS yang dingin dan tidak berperasaan mendapatkan inspirasi receh seperti itu?

“Partner lu kerasukan noh Elle!” celetuk seorang tim produksi yang mengundang tawa lepas anggota lain. Rula dan Adit menahan tawa mereka dan meminta izin untuk mengikuti kegiatan bina jasmani sore bersama keluarga asuh masing-masing. Grizelle mempersilahkan para juniornya untuk melanjutkan kegiatan mereka. Rula dan Adit berjalan bersama menuju lapangan untuk olahraga tanpa ada pembicaraan apapun.

“Itu sepasang, cepat bergabung!” teriak seorang tentara yang ternyata berasal dari Angkatan Udara. Rula dan Adit segera berlari menyusul rekan-rekan dan para senior yang sudah melakukan pendinginan. Saat yang lain mulai meninggalkan lapangan, Rula dan Adit justru baru memulai latihan fisik.

“Keliling tiga kali, push up 50, sit up 50, pendinginan. Jelas?” tanya tentara itu pada Rula dan Adit. Sepasang murid baru itu menjawab “siap paham” dan melaksanakan perintah tentara itu. Mereka melakukan olahraga dengan pantauan pak tentara yang duduk dipinggir lapangan. Setelah melaksanakan lari, Rula dan Adit melakukan push up dan sit up di depan tentara itu.

“45, 46, 47, 48, 49, satu,” hitung tentara itu mengundang tatapan heran dari Rula dan Adit.

“Satu!” bentak tentara itu sambil menghentakkan kakinya. Adit masih bisa melakukan sit up, sedangkan Rula benar-benar kehabisan nafas dan tidak sanggup melaksanakannya lagi. Tentara itu terus menghitung “satu” sampai Rula dapat mengangkat tubuhnya.

Lihat selengkapnya