“Saya tahan sakit-sakit sampai masuk rumah sakit, saya tahan menderita siang malam ku ditempa …”
135 calon siswa-siswi SMA Punca Prawira melaksanakan longmarch dari sekolah mereka hingga ke Lanud Halim Perdanakusuma dengan berbagai yel-yel. Mereka hanya menempuh 3 jam perjalanan dengan siswi di barisan paling depan agar para siswa dapat menyesuaikan kecepatan. Ketika gerbang Lanud sudah terlihat, terdengar yel-yel dari para prajurit yang menyambut kehadiran mereka sebagai angkatan kedua yang melaksanakan latsar di Lanud Halim Perdanakusuma.
Rula dan Adit ditetapkan menjadi perwakilan yang menerima sambutan dan penyematan tanda latsar dimulai. Seluruh siswa-siswi menerima pakaian dinas lapangan khas SMA Punca Prawira dan resmi melaksanakan latsar. Untungnya, mereka diberikan waktu istirahat sesudah prosesi penyematan peserta latsar itu selesai.
“Siswa-siswi yang belum menerima air masih ada?” tanya seorang prajurit sambil berkeliling barisan siswa-siswi itu. Mereka serentak menjawab “siap, tidak ada” karena semua telah menerima jatah masing-masing. Rula terlihat khawatir saat menjelang makna siang, tentu karena rumor tak sedap dari senior pertama yang mengikuti latsar disini. Konon katanya, mereka harus menghabiskan makanan tanpa sisa. Jika ada sisa pun, semua makanan akan dicampur dan dibagi rata pada seluruh anggota latsar.
“Gugup?” tanya Adit membuka perbincangan pada rekan latsarnya hingga akhir nanti.
“Sedikit,” jawab Rula ragu.
“Tentang?”
“Hukuman.”
“Pasti dengar kata senior ya? Kalau memang gak kuat makan oper ke aku pas pelatih lengah. Kalau gak kuat fisiknya, kode ke aku biar aku samakan tempomu. Apa aja kode ya,” bisik Adit menyadari Rula tidak sekuat dirinya. Rula menanyakan keseriusan Adit mengenai jiwa korsa, tentunya tidak terlalu berat untuk Adit yang seorang atlet bukan?
“Serius?”
“Serius Ru. Dari pada semua kena, lebih baik kita aja yang tanggung,” jawab Adit kemudian menawarkan buah semangka jatahnya. Rula menolak dan berterimakasih pada Adit yang mengerti jika fisiknya tidak sekuat rekan yang lain. Adit hanya mengangguk dan melanjutkan makan snacknya.
Setelah makan snack selesai, tibalah saat dimana mereka melakukan kelas lapangan ditengah matahari yang terik sebelum ibadah bersama dan makan siang. Terpantau, sebagian siswi tumbang dan diangkat ke tempat teduh oleh para Wanita Angkatan Udara (WARA) yang sedang berjaga. Untungnya, kali ini Rula cukup kuat menghadapi teriknya matahari yang berada tepat di atas kepala.
“Kalau haus bilang, aku ada simpan air putih di kantong celana,” bisik Adit pada Rula.