“Serius walet kita kelas Bahasa?”
“Masa sih? Jomplang banget ketuanya IPA wakilnya bahasa!”
“Eh, itu walet. Shuutt, diem!”
Suara-suara sumbang itu terus memenuhi Asrama Puspa semenjak diumumkannya jurusan siswa-siswi tingkat Gangsa. Rula yang baru selesai menerima arahan dari pelatih kembali dengan tubuh yang lelah dan pikiran yang kacau. Pasalnya, ini perdana seorang wakil leting berasal dari siswi jurusan bahasa karena arahan pelatih datang sebelum pemilihan jurusan.
“Wih, walet bahasa udah datang nih. Ada perintah apa?”
“Walet bahasa bisa mimpin ya? Kalau gak karena Adit, mana bisa dia jadi Walet.”
Dari pada mendengarkan suara sumbang dan memikirkannya berlarut, Rula memilih menjawab pertanyaan pertama mengenai arahan pelatih. Dia menjelaskan jika bina jasmani siswa akan dilaksanakan dua kali sehari kecuali pada hari Pelayaran dan Izin Bermalam (IB). Sebagian siswi hanya mengangguk dan tak menganggap serius jawaban dari Rula karena bukan itu yang mereka inginkan.
“Hargai walet kalian, dia dipilih langsung sama Kapten Wira. Memangnya kalian punya prestasi apa? Bahkan kalian gak dapat beasiswa alumni sama sekali, masih bisa ngeremehin jurusan lain. Sebesar apa sih kapasitas otak kalian?” ucap seorang senior yang tiba-tiba datang dari luar asrama. Hal itu diucapkan oleh seorang Grizelle Danurdara yang ternyata sedang melakukan sidak asrama.
“Udah zaman kapan sih ini? Masih ada aja diskriminasi jurusan. Catat lima tuan putri ini Ci, masih kolot banget pemikirannya,” ucap Dara memberikan titah kepada ketua asrama Puspa yang tak lain adalah Cindy, rekan seangkatan Grizelle. Lima siswi itu mennudukkan pandangan dan saling melirik satu sama lain, tetapi Rula meminta tidak perlu seberlebihan itu untuk menegur rekan-rekannya.
“Adik, aku tau kamu mementingkan kepentingan orang lain. Tapi jangan salah prioritaskan orang ya, apalagi yang gak bisa melihat usahamu. Aku mencatat nama mereka bukan karena mereka bullying ke kamu, tapi mereka melanggar wajib ke 3 SMA Punca Prawira. Oke?” jelas Dara mengerti posisi Rula yang sangat tidak mengenakkan.
“Siap, mohon arahan kak!” jawab Rula mengerti jika Dara tak ingin terlihat memihak sebagai wakil ketua OSIS. Dara melanjutkan pemeriksaan asrama bersama Cindy sang ketua asrama, sedangkan Rula berjalan menuju kamarnya dengan hati yang lega.
Mentari berkelana ke arah barat untuk menyinari dunia bagian lain dan memamerkan keindahannya yang dipenuhi warna oranye. Para siswa dan siswi Smacapra sedang melaksanakan kegiatan bina jasmani bersama, kali ini mereka melaksanakan penguatan bagian tubuh atas dengan urutan tes Push Up, Chinning, Pull Up, dan bergantung selama 3 menit untuk putra, dan 2 menit untuk putri.
“Gangsa! Jangan malas-malasan!” teriak Wira dari pinggir lapangan saat melihat barisan Gangsa sama sekali tidak kompak. Sebagian siswa gangsa mulai bersorak karena menyadari sebagian siswi letingnya bermalas-malasan, namun sebagian siswi justru berdecak kesal. Adit melirik kearah Rula yang tidak pernah bisa menyembunyikan isi hati melalui ekspresinya, Rula kelihatan dongkol!