Trilogi Trimatra: Cita Punca Prawira

elrena._
Chapter #11

Pelayaran Hasil Simbiosis

Pagi ini, upacara pelayaran rutin setiap hari Minggu telah dilaksanakan. Siswa-siswi yang mengambil jatah pelayaran menitipkan kunci di pos penjagaan, sementara yang tidak mengambil jatah pelayaran akan beristirahat di kamar masing-masing. Sesuai janji, Rula akan menghabiskan waktu pelayarannya sebagai bayaran yang telah mereka sepakati sebelumnya.

“Kamu mau jajan apa?” tanya Adit pada waletnya.

“Paling ayam gunting sama es cokelat. Mending kita makan ayam kremes pinggir jalan aja nanti siang, biar hemat. Iya gak?” tawar Rula dan mendapatkan anggukan dari Adit. Sepasang siswa SMA Punca Prawira ini menaiki bus dan bertukar pikiran selama perjalanan. Tentu pakaian pesiar mereka menjadi sorotan dan beberapa kali mendapat sapaan dari ibu-ibu yang anaknya merupakan alumni SMA Punca Prawira.

“Eh, Smacapra masih ada walet palet ga dek?” tanya seorang wanita paruh baya.

“Masih ada bu, kebetulan saya palet tingkat gangsa dan rekan saya waletnya,” jelas Adit.

Wah, memang dari dulu ternyata jodoh palet sama walet ini! Pasti pilihan pak Wira ya dek? Tapi ibu lihat kalian memang cocok sih, semoga jodoh ya nanti!” ucap sang ibu dengan penuh antusias. Rula dan Adit hanya bisa terkekeh mendengar comblangan dari orangtua senior mereka. Beberapa saat kemudian, ibu yang sedari tadi mengajak mereka bicara telah sampai di tujuannya dan berpamitan dengan dua siswa Smacapra itu.

“Hati-hati dijalan ibu!” ucap Rula dan Adit hampir bersamaan.

Setelah bus kembali berjalan, Rula dan Adit saling melempar pandangan kemudian tertawa dengan isi pikiran yang sama. Rula menggeleng dan menganggap ibu-ibu itu berlebihan, sementara Adit hanya bisa tertawa tanpa bisa berkata-kata. Apakah dua kucing yang selalu ribut ini bisa bersama di masa depan? Sangat mustahil!

“Ibu-ibu tadi terlalu cocoklogi, mana bisa aku mikirin pacaran? Bapak aja ngelarang, malah aku mau diasingkan ke Kalimantan katanya kalau ketahuan pacaran. Lagian aku harus jadi tentara dulu, setelah itu baru terserah. Iya gak?” tanya Adit meminta validasi Rula yang berjalan disampingnya. Rula mengangguk sepakat jika palet dan walet tidak harus memiliki hubungan pribadi seperti yang dikatakan ibu-ibu itu.

Yah, gak bisa aku comblangin dong kamu?” tanya Rula mendengar kata pengasingan.

“Kalau kamu mau kerjain semua kerjaan leting, ya comblangin aja,” jawab Adit seadanya. Rula menatap tajam Adit yang menyinggung pekerjaan dikala waktu liburan mereka. Adit tertawa puas melihat rekannya yang mulai merasa jengah dengan urusan leting dan mengingatkan jika mereka masih ada pekerjaan administrasi yang belum disetorkan pada Iskandar.

Lihat selengkapnya