Trilogi Trimatra: Cita Punca Prawira

elrena._
Chapter #17

Petualangan Baru

“Gimana persiapan berkasnya? Sudah siap semua?” tanya Iskandar yang sedang menemani Rula membaca materi tes psikologi Polri. Rula mengangguk dan menjelaskan jika hanya menunggu waktu untuk membuat surat keterangan yang memiliki masa berlaku. Iskandar menyemangati Rula yang kelihatannya benar-benar berambisi menjadi anggota Polri.

“Abang gimana? Jadi daftar Akpolnya?” tanya Rula balik.

Insyaa Allah jadi, ini lagi persiapan berkas juga. Masih nyicil berkas yang ditulis tangan, sisanya sudah aman. Doain ya Ru,” jelas Iskandar disambut kata ‘Aamiin’ dari Rula yang juga memperjuangkan seragam impiannya. Kedekatan Rula dan Iskandar menjadi perbincangan hangat para siswa-siswi SMA Punca Prawira karena ini pertama kali Iskandar benar-benar dekat dengan seorang wanita.

“Boleh gabung gak Ru?” tanya seorang siswi.

“Boleh dong Vin, Dit. Bentar ya,” ucap Rula beranjak dan duduk disamping Iskandar agar Luvina juga Adit bisa duduk berdampingan. Iskandar terkejut dengan respon Rula yang terlalu cepat dan mencoba tetap tenang.

“Bang, ini logikanya gimana?” tanya Rula pada Iskandar dan menunjuk satu soal matematika. Iskandar meminjam buku Rula dan mulai menjelaskan logika pengerjaan soal itu dengan lembut. Rula mengangguk dan menanyakan beberapa kemungkinan berdasarkan rumus yang sudah Iskandar jelaskan.

“Apapun kemungkinannya, ikutin rumus utama aja. Meskipun nanti ada rumus-rumus sampingan, tapi agak jarang dikeluarkan. Gak ada salahnya sih belajar semua,” jawab Iskandar dibarengi anggukan kecil dari Rula. Setelah puas bertanya, Rula kembali fokus mengerjakan soal-soal di buku latihan itu.

“Tumben bisa fokus, udah nyolong semua berkas?” tanya Adit dengan nada yang kurang enak didengar. Iskandar berdehem menyiratkan jika Adit terkesan tidak menghargai keberadaannya sebagai senior. Adit melirik ke arah Iskandar dan mendengus kesal, sedangkan Rula sangat asik dengan buku tes psikologinya.

“Ini pesanan mas Iskandar,” ucap ibu kantin sambil memberikan dua porsi bakso.

“Makan dulu, lanjutin diskusinya habis makan,” ucap Iskandar menarik buku Rula dan menyimpannya. Rula yang sedih bukunya diambil hanya bisa menekuk bibirnya dan menarik mangkuk bakso miliknya. Iskandar tersenyum tipis dan memberikan sendok garpu yang telah dia lap dengan tisu sebelumnya. Tentu semua kejadian itu disaksikan oleh Luvina dan Adit dihadapan mereka langsung.

“Katanya gak pacaran,” sindir Luvina sambil meminum es teh pesanannya.

Lihat selengkapnya