Trilogi Trimatra: Cita Punca Prawira

elrena._
Chapter #18

Luvina?

“Selamat siang calon Polwan,” sambut Iskandar tepat di depan kelas Rula. Rula menyambut sang senior dengan julukan ‘bang Akmil’ yang resmi disematkan pada tiga minggu lalu, tepat sehabis mereka berkunjung ke Museum Akpol. Dua kakak dan adik asuh ini terpantau semakin akrab setelah liburan singkat mereka ke Semarang.

“Kantin?” tawar Iskandar dengan bersemangat.

“Bakso bakar Paklek!” jawab Rula tak kalah bersemangat. Iskandar menyetujui ide Rula dan mempersilahkan Rula berjalan disampingnya. Sepasang siswa dari angkatan berbeda ini berjalan bersama layaknya kakak beradik yang sedang beristirahat bersama.

“Paklek, bakso bakar tiga porsi ya,” pesan Iskandar pada paklek pemilik lapak. Iskandar juga memesan jeruk hangat yang akan menemani proses belajar bersama siang ini. Mereka sebenarnya sudah melaksanakan makan siang, hanya saja kegiatan hari ini menguras banyak tenaga. Terlebih bagi Rula yang kembali melakukan latihan fisik berat menjelang pertandingan perdananya.

“Cie yang IB kemarin kumpul sama kak Giza, pasti IB nya seru?”

“Seru dong, kan sekalian ke Surabaya buat melepas rindu ke Papi. Meskipun laut lebih sayang Papi sampai gak dikembaliin raganya, tapi Surabaya tetap jadi rumah terindah kami. Apalagi ternyata aku nemu ini di rumah dinas Papi yang dulu,” ucap Iskandar sambil memamerkan kalung yang berbentuk piramida namun berisikan foto lama sang Papi.

“Wah, keren banget! Gak dipake aja bang?”

“Kalau boleh pakai kalung di SMA Punca Prawira, dari kemarin udah aku pakai lah. Tapi aturan tetap aturan meskipun aku keponakannya pelatih,” jelas Iskandar tertawa kecil mendengar ide dari Rula. Rula baru sadar jika lingkungan mereka adalah semi militer yang melarang penggunaan hal-hal semacam itu.

“Ini bakso bakarnya,” ucap Paklek sambil membawakan tiga porsi bakso bakar.

“Kok tiga?” tanya Rula pada Iskandar yang memesan camilan siang ini.

“Atlet kan cuman boleh makan protein, ini abang traktir. Itadakimasu!” ucap Iskandar sambil memberikan garpu yang telah dia lap untuk adik letingnya. Rula berterimakasih dan menyantap bakso bakar dari Iskandar siang ini. Kedekatan mereka menghadirkan tanda tanya besar dikalangan siswa-siswi SMA Punca Prawira, apakah mereka benar-benar menjalin hubungan kakak adik?

“Kira-kira, Adit berubah kenapa ya Bang? Awalnya aku kira dia cuman dapat tekanan dari om Kapten, kayanya ada hal lain deh. Tapi apa ya bang?” tanya Rula agak janggal dengan perubahan Adit selama berpacaran dengan Luvina, sahabatnya. Bukannya menjawab, Iskandar justru diam seakan tidak ingin menjawab pertanyaan Rula.

“Ish, abang!” keluh Rula yang merasa diabaikan.

“Ru, kamu blokir Adit?” tanya seorang wanita tiba-tiba menghampiri Rula.

“Loh Vin? Nggak, buat apa aku blokir dia? Kan dia palet kita, kayanya gara-gara aku hapus foto profil deh. Kenapa memangnya?” tanya Rula sedikit terkejut dengan kehadiran Luvina yang mendadak. Luvina kemudian duduk dihadapan Rula dan melakukan introgasi pada sahabatnya sendiri.

Lihat selengkapnya