“Alhamdulillah, masuk Kandidat Acalapati lagi bang!” ucap Rula membaca nama-nama kandidat Acalapati bersama Iskandar. Siswa kencana itu juga mencari namanya dan menghela nafas lega karena namanya juga ada dalam Kandidat Acalapati yang akan diumumkan semester depan untuk letingnya.
“Waktu abang buat nemenin kamu cuman lima bulan ke depan. Satu tahun kedepan, kamu harus bisa mengerti semua yang sudah abang sampaikan ya. Kalau memang ada kendala, bisa hubungin abang. Jangan ragu,” ucap Iskandar seakan besok akan berpisah.
“Siap abang terbaik!”
Tak lama berselang, orang tua para siswa satu per satu keluar dari masing-masing kelas. Ibunda Rula yang sudah mengambil rapor mendapatkan pelukan hangat dari Rula yang sudah menantinya sedari tadi. Tentu ini menjadi kesempatan Rula untuk bermanja pada sang Ibunda sebelum mendapatkan jadwal cuti lusa.
“Rula serius mau turnamen? Tapi cuman boleh jurus ya,” pesan Mauly pada putri tunggalnya. Rula mengangguk dan melakukan gerakan hormat pada sang Ibunda pertanda akan memenuhi permintaannya. Iskandar terkekeh melihat itu karena inilah yang biasa dia lihat selama pesiar bersama Rula beberapa minggu belakangan.
“Adit gimana Ru? Acalapati juga kan?”
“Gak tau, gak urus, gak peduli.”
“Kenapa begitu ngomongnya sayang? Perasaan kemarin udah akur?” tanya Mauly heran.
“Ada konflik kecil lagi tante, jadi ya gitulah. Ada aja konfliknya anak-anak kecil ini,” jawab Iskandar karena tahu jika dia enggan membahas Adit yang terlalu asal bunyi. Mauly baru mengetahui jika mereka ada konflik lagi, bahkan terkejut ketika Iskandar mengetahui lebih banyak dari dirinya.
“Yasudah, tante titip Rula yang makin tertutup ini ya Iskandar. Rula, jangan ngerepotin abangnya terus. Dia sebentar lagi lulus loh,” ucap Mauly pada Iskandar dan Rula yang belakangan terlihat selalu bersama. Rula mengangguk sedangkan Iskandar menyatakan jika dirinya dengan senang hati akan menjaga anak kecil ini.
Di lorong kelas, terlihat Adit yang dimarahi habis-habisan oleh sang Kapten yang mengambilkan rapornya. Rula penasaran dan ingin mendekat pada Adit, tetapi ditahan oleh Iskandar yang mengerti jika Adit memerlukan waktu dengan ayahnya. Rula hanya bisa menghela nafas panjang, sedikit iba dengan Adit yang dimarahi habis-habisan.
“Mami!” ucap Iskandar kemudian mengajak Rula untuk bertemu dengan ibundanya.