Trilogi Trimatra: Cita Punca Prawira

elrena._
Chapter #23

Junior Mak Comblang

Minggu demi minggu berlalu, Rula dan Adit resmi dipilih sebagai pasangan Atlet yang akan berlaga dalam kejuaraan Taekwondo tingkat Provinsi mewakili kotanya. Tentu hal itu didasarkan pada track record mereka selama menjadi atlet yang berkembang cukup pesat. Dalam satu event, mereka dapat membawa pulang empat medali karena Rula mulai diikutkan kategori Pair Poomsae bersama Adit, sedangkan Adit dipastikan membawa emas setiap bertanding pada divisi Kyorugi.

“Kalian harus jaga kekompakan as a partner. Sabeum gak mau dengar alasan apapun yang buat kualitas kalian turun dan tereliminasi dari tim kejurprov. Perjalanan kalian gak gampang, apalagi Rula yang baru terjun di Taekwondo beberapa bulan lalu. Sabuk kalian juga masih terlihat kontras, tapi gak boleh bikin gap terlalu jauh antara kalian. Ngerti?”

“Mengerti Sabeum,” jawab Rula dan Adit hampir bersamaan.

“Rula, kalau kamu dapat setidaknya perunggu di Poomsae Kejurprov nanti Sabeum kasih rekomendasi ujian sabuk merah polos. Adit juga, kalau dapat dua emas Sabeum kasih rekomendasi ujian sabuk hitam untuk awal tahun nanti. Mau?” tawar Sabeum dengan tegas.

“Mau Sabeum,” jawab Rula dan Adit lagi-lagi bersamaan.

“Fokus latihan, fokus penguatan, fokus evaluasi. Cuman tiga itu yang Sabeum minta.”

Rula dan Adit mengangguk yakin mendengar harapan Sabeum pada mereka untuk mengharumkan nama SMA Punca Prawira. Berdasarkan sejarah, merekalah atlet pertama pengiriman dojang Punca Prawira yang berhasil menjadi atlet Taekwondo kota dan dipastikan bisa berlaga dalam Kejuaraan Taekwondo tingkat Provinsi.

Rula dan Adit kembali berlatih dikala rekan-rekannya melakukan apel pelayaran minggu ini. Rula terus memandangi satu persatu rekan dan juniornya yang keluar dari gerbang sekolah sementara dirinya semakin akrab dengan target hitam milik tim Taekwondo SMA Punca Prawira. Adit menyadari Rula yang merindukan momen pelayaran seperti dulu.

“Gak usah galau begitu, sebentar lagi kita juga keluar buat karantina.”

“Tapi aku mau keluar yang bebas kaya dulu, bukan keluar buat karantina atlet. Aku bosan,” keluh Rula yang beberapa waktu belakangan mengikuti kelas khusus Poomsae bersama Adit. Adit menghentikan tendangannya pada target yang Rula pegang dan mengundang pertanyaan dari Rula.

“Aku juga bosan, kadang malah mau kabur dari sekolah ini. Tanya aja sama anak-anak asrama gimana kalau aku bosan, tapi aku ingat kenapa Bapak mau mengeluarkan banyak uang biar aku sekolah disini. Jadi atlet juga kemauan kita dari awal kan? Sedikit lagi kita juga gak jadi atlet lagi, harus fokus sama pendaftaran abneg kan? Yaudah, bertahan sedikit lagi ya Ru.”

“Dit, aku tau maksudmu. Tapi aku capek, aku bosan sama latihan yang begini aja. Mana ngelihat yang lain pada pelayaran, tapi aku harus ngedate sama target hitam ini. Aku juga mau pelayaran kaya yang lain,” keluh Rula yang sedang kehilangan motivasinya. Adit tersenyum kecil dan akhirnya mengerti apa yang Rula inginkan.

Lihat selengkapnya