“Berkasmu sudah lima rangkap semua?” tanya Adit yang sedang menyusun berkasnya di kantin. Rula mengangguk dan sudah melakukan ceklis terhadap berkas-berkas yang dia siapkan. Adit tidak mengeluarkan suara sama sekali karena sedang berfokus pada berkas-berkas penerimaannya.
“Cie lagi pacaran sama Adit,” goda seorang siswi Kencana rekan sekelas Rula.
“Coba liat di meja deh, isinya berkas pendaftaran atau makanan. Gak boleh jadi mak comblang begitu ya Dian!” ucap Rula kesal dengan rekan sekelasnya ini. Dian mengambil nasi goreng pesanannya dan bergabung dengan Rula yang sedang menunggu Adit selesai berkutat dengan berkasnya.
“Ribet ya jadi abneg, mending kuliah deh aku.”
“Selera sih, kalau aku mending ribet di berkas. Kan bisa ngurus bareng Adit,” jawab Rula masih menunggu Adit yang pusing dengan berkasnya sendiri. Dian mengangguk setuju karena Rula memiliki rekan seperjuangan yang bisa ditanyai apapun itu tentang abdinegara. Tidak lama, Adit melempar berkasnya kesal yang berhasil membuat Rula dan Dian terkejut.
“Apalagi sih Dit? Doyan bener lempar-lempar barang,” celetuk Dian kesal.
“Berkasku kurang dua rangkap di rapor sama ijazah SD, masa gak bisa Pelayaran dengan tenang lagi sih?” keluh Adit sambil mengacak-acak rambutnya kesal. Rula berdiri dan membantu Adit mengecek kembali susunan berkas miliknya. Adit hanya diam menatap berkas-berkas yang sedang Rula cek karena sudah tidak tahan lagi dengan berkas yang banyak itu.
“Ini loh double punyamu Mahaprana Aditya, sudah ku hitung kok kemaren biar pas sama kebutuhan administrasimu. Ngomel mulu kerjanya,” celetuk Rula kesal melihat tingkah Adit yang kurang telaten dan selalu mengomel lebih dulu. Adit menerima berkas itu dengan wajah cemberut menahan malu di depan Dian yang menertawakannya.
“Baru ini aku liat palet dimarahin walet perkara berkas doang!” celetuk Dian masih tertawa.
“Ya maaf, namanya udah pusing.”
“Pusang pusing, gak ada orang pusing mikirannya mau pelayaran kesana kemari. Alasanmu aja,” jawab Rula lebih cerewet pada Adit yang selalu beralasan ketika tidak telaten. Dian masih puas menertawakan Adit yang telinganya memerah entah menahan malu atau menahan amarah. Yang jelas, inilah Adit yang diidolakan para junior sebenarnya.
“Udah kencana masih aja kaya anak gangsa. Heran,” keluh Rula yang mengundang tawa Dian menjadi lebih keras. Adit hanya melirik Rula kesal karena sudah habis-habisan dimarahi di depan rekan letingnya sendiri. Rula yang melihat itu mengambil kerupuk rambak dan memberikan gestur seolah menantang Adit untuk marah.
“Untung walet,” gumam Adit pelan.