Tepat tiga hari setelah menonton kirab itu, Rula mendapat panggilan untuk kembali melatih di SMA Punca Prawira karena Sabeum melihatnya yang berpotensi untuk menjadi pelatih di kemudian hari. Kebetulan, hari ini para Winara Taekwondo mendapatkan jadwal latihan sore yang bersamaan dengan bina jasmani harian para siswa. Tentu Rula bertemu langsung dengan Tanwira yang sudah lama tidak melihatnya semenjak hari kelulusan.
“Ini dia Wina Smacapra kebanggaan. Sendirian aja kamu dipanggil kesini?” tanya Wira.
“Siap, saya kira Adit juga dipanggil pelatih. Saya gak ada kontakan sama Adit semenjak kirab Akmil kemarin pelatih,” jawab Rula sedikit kebingungan. Dia juga lupa menanyakan Adit mengenai panggilan kembali ini karena menganggap jika Adit pasti kembali melatih. Wira yang sedikit penasaran mencoba mencari keberadaan putra didiknya satu itu. Kemana Adit?
“Izin pelatih, nanti saya hubungi Adit setelah latihan. Izin kembali ke Winara pelatih,” ucap Rula berpamitan pada Wira. Jauh di lubuk hati terdalam, Rula juga merasa janggal dengan hilangnya Adit beberapa hari belakangan. Biasanya Adit akan mengirimi pesan entah kabar apapun itu, tetapi tidak dengan tiga hari belakangan.
“Rula, perkenalkan diri ke junior-juniormu.”
“Mohon izin Sabeum, Sunbae. Selamat sore adik-adik, izin perkenalkan diri. Saya Rula Gaurimanohara, alumni Punca Prawira leting palet Mahaprana Aditya. Annyeonghaseyo Hubaenim!” ucap Rula kemudian menundukkan tubuhnya seakan memberikan salam kepada juniornya. Para junior membalas hormat Rula dan menyambutnya dengan gembira, tentu karena beberapa orang sempat bertemu dengan dirinya.
“Sabeum, kak Rula serius ngelatih Winara?”
“Gimana Rula? Banyak yang excited mau dilatih sama kamu dari pada sama kami haha.”
“Siap, mohon arahan dan bimbingan sabeum, sunbae, dan hubae sekalian,” jawab Rula terkekeh mendengar celetukan seorang juniornya. Sebagian merasa senang dengan kembalinya idola mereka sebagai pelatih di masa depan, sedangkan sebagian benar-benar baru mengenal Rula.
Sabeum memulai latihan dan Rula diminta untuk membantu para Sabeum mencetak Winara yang berhasil menjadi atlet provinsi sepertinya. Gadis itu meminta waktu untuk melakukan evaluasi sebelum dirinya turun sebagai pelatih langsung. Tentu Sabeum nim memberikan hak khusus bagi Rula untuk melakukan pemantauan selama yang dirinya perlukan.
“Izin Sabeum, maaf agak lancang. Tapi Adit gak dipanggil juga?” tanya Rula sedikit terbata.
“Loh, saya kira kamu sudah tau kenapa Adit gak hadir. Kemarin saya hubungi katanya dia ada di Kalimantan, lagi fokus ikut bimbel buat taruna di Balikpapan katanya. Kamu gak dikabarin?” tanya Sabeum nim Sagara pada Rula yang semakin terkejut. Penyandang sabuk merah strip satu itu hanya terdiam dan tidak menyangka ini benar-benar terjadi.
“Yasudah, nanti istirahat coba tanyakan Adit apa dia benar-benar di Kalimantan atau sekedar menghindar dari tawaran Sabeum. Kamu lanjut pantau juniormu ya,” ucap Sabeum nim Sagara kemudian beralih kepada penyandang sabuk tinggi di barisan lain. Rula mencoba memantau juniornya meskipun isi kepalanya hanya ada Adit dan Kalimantan. Adit benar-benar diasingkan?
Setengah jam berlalu, anggota Winara diberikan waktu untuk beristirahat sementara Rula sedang asik mencatat analisanya kepada para pelatih. Sabeum nim yang melihat Rula masih asik mencatat analisanya meminta Rula beristirahat sejenak dan bertukar isi kepalanya bersama para Sabeum yang lain. Rula memenuhi panggilan Sabeum sambil membawa catatan yang akan dia berikan kepada para Sabeum.
“Oke, gimana analisamu Rula?” tanya Sabeum nim Abrar mempercayakan analisa Rula.
“Izin sabeum, sunbae. Ada beberapa atlet yang perlu dilatih kelenturan, kelincahan, dan kekuatan. Saran saya, mereka yang kurang di bagian ini bisa dilatih perkelompok. Semisal hari senin kelompok satu kelenturan, kelompok dua kelincahan, kelompok tiga kekuatan. Hari-hari lain bisa menyesuaikan perputaran materi Sabeum.”