Suasana kacau memenuhi bangunan bermodel kuno megah bertingkat dua itu. Barang-barang disitu yang dulunya tersusun rapi sekarang sangat berantakan dan beberapa ada yang sudah tidak bisa dipakai karena rusak.
"MARIA, CEPAT KELUAR DAN BAWA IAN!!" Suara berat seorang pria berteriak kencang.
"Tapi.."
Pria itu menatap wanita yang tadi dipanggilnya Maria. "Tidak ada tapi. Aku akan mengalihkan perhatian mereka dan kau cepat keluar. Jangan pedulikan aku. Anak kita lebih lebih membutuhkan rasa pedulimu."
Maria menoleh ke anak laki-laki yang tertidur dengan menumpang lengannya.
"Maria, tidak ada waktu untuk berpikir. Nanti saat kau mendengar suara tepukan tangan, segeralah berlari secepat mungkin." Pria itu menoleh-noleh mengecek keadaan dan segera melesat pergi.
Cairan bening keluar dari mata Maria. Ia mengecup kepala anak yang berada di gendongannya dan membisikkan beberapa kalimat tepat di telinga anak itu membuat yang dibisiki terbangun.
"Ian, nanti kamu turuti saja apa yang mama katakan dan diam saja yah. Mama akan membawamu pergi dari sini."
Anak yang dipanggil Ian itu diam sejenak menatap mamanya. "Iya, Ma. Mama jangan nangis. Ian akan turuti apa yang mama katakan."
Maria tersenyum dan mengusap matanya. Ia kembali mengecup kepala anak satu-satunya itu saat kemudian suara tepukan tangan yang keras terdengar. Maria segera berlari secepat yang ia bisa sesuai perintah suaminya tadi.