Trisqiar

Qarina R Jussap
Chapter #1

Suasana Baru

Hampir setiap hari yang dilakukannya hanyalah menyembunyikan diri didalam rumah. Menopang dagu dekat jendela kamar lantai dua. Menatap jalanan dari balik tirai transparan yang menyamarkan wajah dari bidikan mata. Dia terus memperhatikan yang dilakukan orang-orang disekitarnya. Dengan santai mereka menikmati hidup tanpa adanya beban. Ia hanya tersenyum menikmati pemandangan yang sangat indah baginya.

Tidak pernah sekalipun ia merasakan hal itu. Dan kini ia juga sudah tidak ingin lagi berurusan dengan orang lain. Hanya dengan memikirkan diri sendiri, itu sudah cukup baginya. Sesuatu dalam dirinya mengharuskannya untuk menjauhi orang lain. Dia tidak ingin mendapatkan pandangan aneh untuk kesekian kalinya, pandangan yang cukup menakutkan seolah memberi kutukan dan juga sebuah kesalahan karena telah dilahirkan ke dunia ini. Menghabiskan waktu di dalam rumah terasa lebih baik daripada harus bersosialisasi. Dia juga tidak ingin membuat sang Ibu terus bersedih dan di salahkan karena kehadiran dan ulahnya yang tidak bisa dipresiksi dan terkadang sulit untuk dikendalikan. Dia ingin tahu alasan MEREKA yang selalu mengikutinya dan karena MEREKA juga membuatnya berubah seperti sosok yang mengerikan bahkan untuk kedua orangtuanya sendiri. Setelah ia tersadar hanya ada perkataan menyakitkan dan pandangan menakutkan yang ia terima dari orang sekitar.

Alyea Liarnoc Agra. Gadis remaja 15 tahun yang tidak mengerti maksud orangtuanya memberikan nama “Liar” di tengah. Hal itu membuatnya sering diejek oleh teman-temannya, khususnya setiap kali ia mengamuk, meski tanpa sadar tapi nama “Liar” terlalu mencolok seolah menjadi identitasnya. Teman-temannya sengaja melupakan nama depannya, mereka lebih sering memanggilnya dengan nama Liarnoc dan hal itu selalu terjadi di semua tempat di manapun berada.

Kehidupannya sering dihabiskan untuk berpindah rumah dan sekolah. Bukan karena tugas orangtua yang mengharuskannya ikut pindah dinas melainkan karena Alyea yang membuat orangtuanya sering mencari tempat tinggal baru. Alyea juga bosan melakukan hal itu karena harus beradaptasi di tempat baru, padahal hal itu tidak akan merubah apapun. Kemanapun ia pergi tidak akan ada yang ingin berteman dengannya. Ia hanya berharap bisa terlepas dari MEREKA, tiga bayangan yang selalu mengikutinya sejak pertama kali ia membuka mata dan hanya ia seorang yang bisa melihatnya. Entah datang darimana dan siapa MEREKA yang menggunakan pakaian prajurit— ala zaman perang— lengkap dengan senjata masing-masing. MEREKA seperti patung berjalan, tanpa ekspresi ataupun interaksi. Bahkan tidak ada satu jawaban yang keluar dari mulut MEREKA setiap kali Alyea mengajukan pertanyaan. MEREKA hanya memberikan penglihatan aneh yang terkadang berakhir dengan Alyea berceloteh, menangis dan amukan yang membuatnya tidak mengenal dirinya sendiri.

Alyea yang semakin tumbuh, perlahan menerima dan menekan amukannya, meski menyakiti dirinya sendiri. Ketika itu terjadi Alyea hanya mengunci di dalam kamar merangkul erat dan kuat tubuhnya yang gemetar dalam kegelapan, Ia menangis tanpa bersuara dan menekan kuat dirinya agar tetap tersadar. Ia tidak ingin membuat Ibunya bersedih dan dijauhi orang sekitar, namun seberapa kuat Alyea menekan, ada hari dimana ia benar-benar lepas kendali tidak bisa menahan dirinya sendiri. Ketika Alyea masih setengah sadar ia pasti akan menghampiri Ibunya untuk meminta maaf lalu mengunci diri didalam kamar.

“Hey… Alyea. Mengapa kamu masih belum membereskan kamarmu?” tanya sang Ibu lembut masuk ke kamarnya yang masih berantakan.

“Akan aku rapikan Bu. Aku ingin melihat lingkungan disekitar rumah ini sebentar saja Bu,” kata Alyea pelan tetap menopang dagu di jendela kamarnya.

“Kamu bisa melihat setelah membereskan kamarmu. Kamu juga boleh berkeliling,” kata Ibu tersenyum.

Lihat selengkapnya