Alyea pamit kepada Ibunya. Ini adalah hari pertama Alyea masuk ke sekolah barunya. Bagi Alyea sekolah adalah tempat yang cukup menakutkan. Ia sering sekali memperkenalkan dirinya pada banyak teman yang kenyatannya tidak ingin berteman dengannya. Ia takut pandangan itu akan terulang kembali padanya. meski ketakutan ada dalam dirinya, Alyea remaja kini sudah tidak memusingkan hal itu. jika mereka ingin berteman, Alyea akan menerimanya dengan senang hati dan jika tidak ada yang ingin berteman denganya dia akan lebih senang hati lagi. Ia tidak akan lagi tenggelam dalam perasaan sebuah hubungan pertemanan.
Alyea berjalan kaki menyusuri jalanan menuju sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ia melihat-lihat keadaan di sekitar lingkungan rumah barunya. Ini untuk pertama kalinya bagi Alyea ke sekolah dengan berjalan kaki. Disini sangat berbeda sekali, udaranya cukup bersih dan jarang sekali ada kendaraan. Kebanyakan dari mereka bersepeda ataupun berjalan kaki. Terkesan seperti pedesaan. Tapi untuk seukuran desa, di sini terlalu ramai. Tapi jika untuk seukuran kota di sini lebih bersih jauh dari polusi. Alyea begitu menikmati tempat barunya karena perumahan sekitar cukup menenangkan, banyak pepohonan, tanaman dan pot bunga terhias di halaman hampir seluruh rumah penduduk. Sangat indah dan damai.
Alyea benar-benar menikmati perjalanannya di pagi hari, ia merasakan kehangatan dan sepertinya ia juga menyukai tempat barunya ini. Alyea menghentikan langkah ketika ia berdiri tepat didepan pintu gerbang sekolahnya. Alyea mulai berpikir macam-macam. Ia masih merasakan ketakutan dalam dirinya karena kejadian sebelumnya yang menimpa dirinya. Alyea menarik napas dalam dan berjalan menuju pintu gerbang itu dengan penuh harapan akan menjadi lebih baik dan semoga menjadi tempat terakhir, hal itu tidak pernah lupa ia ucapkan setiap kali ia masuk sekolah baru meski kenyataannya tidak menjadi lebih baik. Alyea tidak bosan untuk mengucapkan harapan itu karena baginya hanyalah kata tidak berdosa yang di rangkainya.
Ia menyapa penjaga sekolah, melihat-lihat setiap lorong sekolah yang ia lewati dan para siswa yang masih asyik menikmati waktu sebelum bel masuk kelas. Alyea diharuskan menuju ruangan kepala sekolah lalu menuju kelas barunya yang akan diantar guru yang merupakan wali kelas. Alyea masih bersikap baik dan bertanya kepada siswa-siswi disana. Jawaban dari mereka sungguh sopan dan baik. Menurut Alyea itu baru permulaan, di lain waktu sikap seperti ini pastinya tidak akan ia dapatkan, ia sudah tahu akhirnya, ia tidak ingin larut dan menikmati wajah palsu mereka.
Bel telah berbunyi. Memaksa seluruh siswa untuk masuk kedalam kelas masing-masing. Alyea berjalan bersama wali kelasnya yang cantik dan baik sekali. Kedatangannya sangat di sambut ramah dan setiap ucapan apalagi senyumannya seolah mendamaikan hatinya. Ibu guru yang bernama Allana itu menuntun Alyea masuk kedalam kelas barunya dan semua siswa di dalam kelas langsung sibuk terburu-buru mencari tempat duduk mereka masing-masing.
“Apa yang Ibu katakan setelah bel berbunyi dan jika guru belum datang ke kelas kalian?” ucap Bu Allana menunjukkan ketegasannya.
Semua siswa hanya terdiam mendengar ucapan Bu Allana yang sedang menasehati mereka, hal itu di jadikan kesempatan Alyea untuk menatap dalam semua siswa yang akan menjadi teman sekelasnya itu sebelum ia memperkenalkan diri. Tidak terlalu baik dan terlihat buruk. Alyea hanya diam sembari mengatur napasnya dengan tenang. Tidak hanya Alyea yang menatap dalam teman-temannya itu tapi salah satu siswi yang duduk pada barisan ketiga dekat jendela itupun memandang Alyea tanpa berkedip sekalipun, meski telihat tenang tapi tatapannya cukup menyakinkan.
“Ibu membawa teman baru kalian, Ibu harap kalian semua akan menjadi teman yang baik,” kata Bu Allana memberikan kata kiasan bagi Alyea. “Silahkan kau memperkenalkan diri?”
Alyea memperkenalkan dirinya dengan singkat, “Perkenalkan nama saya Alyea Liarnoc Agra”. Keadaan kelas langsung hening, teman-temannya masih menunggu lanjutan dari ucapan Alyea namun dirinya ingin langsung mengakhirinya dan tidak ingin panjang lebar.
“Apa hanya itu saja?” tanya Ibu Allana yang juga menunggu lanjutan ucapannya. “Baiklah kau duduk di bangku yang kosong itu,” titah Bu Allana.
Alyea mengangguk dan menghampiri bangku kosong yang dikatakan Bu Allana. Dengan hati-hati Alyea duduk dan mencoba untuk bersikap baik. Setidaknya untuk hari pertama Alyea bisa di pastikan aman dan lancar. Teman-temannya masih terlihat normal, banyak dari mereka yang menyambut Alyea dengan ramah dan mengajaknya berbicara, meski terlihat agak canggung Alyea harus membalas kebaikan mereka setidaknya untuk saat ini. Alyea bisa pulang dengan tenang dan menceritakan hari pertama disekolah kepada Ibunya. Dan beberapa hari kedepan masih menyenangkan untuknya
“Hei… kau anak baru?” tanya seorang lelaki yang tidak ia lihat di dalam kelasnya.
“Ya, aku anak baru disekolah ini,” jawab Alyea membalikkan badannya dan bersikap ramah.
“Setiap anak yang baru masuk sekolah ini harus memberiku uang,” ucapnya serius.
“Aku tidak memiliki uang. Kalaupun kau meminta handphone, aku pun tidak memilikinya,” kata Alyea menyakinkan.
“Kau mau membodohiku. Mana mungkin kau tidak memiliki uang ataupun HP!” katanya mulai sedikit kesal.
“Kalau kau tidak percaya kau boleh memeriksa tasku. Aku tidak memerlukan semua itu karena tidak ada orang yang bisa kuhubungi dan mau aku hubungi,” Alyea melemparkan tasnya pada anak lelaki itu.
“Hey… apa yang kau lakukan? Kau berani padaku?” anak lelaki itu tidak terima dengan sikap Alyea.
Alyea hanya menggelengkan kepala. “Aku tidak ingin mencari ribut denganmu?”
Alyea lalu pergi berlari setelah mengambil tasnya.
“Berani sekali dia padaku?” kata lelaki itu mengejar dan melempar sebuah gumpalan kertas pada Alyea.
Balasan untuk lelaki itu tidak kalah mengejutkan, ketika melihat gumpalan kertas yang ia lemparkan, Alyea langsung menghentikan langkahnya ketika ia tidak mendengar lagi langkah kaki yang mengejarnya. Kertas itu tidak mengenai Alyea sama sekali justru melayang lalu terjatuh bergitu saja ketanah. “Hey kau lihat itu.” kata lelaki itu terkejut pada ketiga teman di belakangnya yang juga memiliki ekspresi sama dengannya.
“Ya... ya... aku melihatnya,” Angguk temannya ketakutan.
“Aku sudah bilang aku tidak ingin mencari ribut dengan kalian,” gumam Alyea dan membuat lelaki itu lari terbirit-birit. “Sepertinya esok hari aku akan pindah lagi.”
Alyea kembali berjalan kaki menuju rumahnya sembari menyapa orang-orang yang ia temui dijalan, Ia tidak peduli dengan kejadian yang menimpa anak lelaki itu. Penduduk disini cukup ramah untuk orang tidak dikenal sepertinya. Alyea benar-benar senang berjalan-jalan disini dan menikmati udara yang bersih. Disinipun di sediakan taman dan tempat bermain yang membuatnya betah lama untuk sekedar duduk menikmati tempat ini. Senyum Alyea merekah merasakan kebahagiaan, tapi Alyea belum menyadari jika ada seseorang yang sedang membuntutinya.
“Aku pulang bu?”