Titan

a l i c e
Chapter #2

LEMOT!

Tut… Tut…

“Halo?”

“Halo, Tan? Udah bangun?” suara Ravi mengalun halus dari benda pipih tersebut.

“Udah lah! Dikira apaan jam tiga sore belum bangun!”

Kekehan Ravi tak lama terdengar. Terakhir kali Titan pamit mau tidur siang sekitar jam satu siang. “Iya, iya. Nanti malam ada waktu luang, gak? Gue mau ajak jalan. Sekalian ngomongin sesuatu.”

“Kalau waktu gue ada sih… Memangnya mau ngomongin apa?” Baru saja ingin gembira, Titan was-was juga. Kalau misalnya cowok deg-degan pas ceweknya bilang, “Aku mau ngomongin sesuatu sama kamu,” ini kebalik. Kadang bingung juga yang mana yang cowok dan yang mana yang cewek di hubungan mereka.

“Nanti lo tahu sendiri kok, ya? Enggak usah dandan cantik-cantik. Gue suka sama lo apa adanya. Udah ya? Bye, love you.”

Tut.

Titan langsung bangkit dari ranjangnya dengan kegirangan yang terlukis di wajahnya. Sembari melompat kecil, Titan meraih handuknya dan bergegas pergi ke toilet. Pesan Ravi sih jangan dandan cantik-cantik. Tapi, hari ini dia ingin tampil maksimal. Karena hari ini adalah anniversary ke satu tahun!

Sambil membawa perlengkapan mandi, Titan berlari kecil menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Terlalu bersemangat, Titan lupa kalau di kamar mandinya terdapat sekat setinggi sepuluh sentimeter.

Brug! Tubuh Titan menghantam lantai.

Anjir, gue mimpi apaan. Oh iya, berangkat sama Ravi… Jam berapa sekarang? batin Titan sambil melihat jam di handphone-nya. Matanya mengerenyit melihat layar dan heran karena tidak ada notif sama sekali dari Ravi. Biasanya cowok itu suka spam call kalau misalnya Titan enggak bangun-bangun dan masih berimajinasi di dunia lain. Mana sekarang kepalanya sakit karena terbentur lantai. Eh kan gue udah jomblo lagi. Bego lo, Tan.

Dulu, dia adalah sobat jojoba, jomblo-jomblo bahagia. Saking membludaknya jomblo di SMA Dewangkasa, dibentuk sebuah komunitas besar. Myra sebagai the president of jojoba community, pastinya kaget dan cukup kecewa saat mengetahui Titan udah berevolusi jadi taken.

Bisa dibilang Titan sudah hampir setahun menjadi anggota pasif di jojoba community. Cuma karena dia jomblo lagi, pastinya dia akan kembali aktif. Udah enggak ada yang ngingetin makan, bangunin, nanya udah tidur apa belum, jadi kangen Ravi. Enggak-enggak! Titan mengibas-ngibaskan tangan di udara dan beranjak dari posisinya yang daritadi tengkurap di lantai.

“Titan sayang! Bangun! Ada orang nunggu kamu di bawah!” suara lantang khas emak-emak terdengar.

Orang? Ravi? Dia memang sering jemput gue, sih. Tapi itu dulu, pas gue belum jomblo. Lah, sekarang? Kalau memang Ravi, ngapain dia datang ke sini? Titan yang notabene lemot memang lambat berpikir. Apalagi berpikir tentang dirinya sendiri. Bukannya bergegas turun, gadis itu malah berlutut di depan ranjang.

“Astaga, nak! Mama sudah panggil kamu berkali-kali, kamu malah bengong! Temen kamu udah nunggu di bawah! Mandi!” Saking gregetnya, Sera—ibu Titan, naik ke lantai dua untuk memanggil si lemot. Bahkan mendobrak pintunya yang tadi terkunci.

“Temen Titan? Siapa ma?”

“Nah itu mama juga kurang tahu, Tan.”

Lihat selengkapnya