Trouble Diaspora

Maya Suci Ramadhani
Chapter #9

Sudut Pandang Carol Part 2 : Prahara lagi

KEMBALI KE MASA SEKARANG

Siang ini setelah urusanku selesai di Grand Palace, aku berencana untuk mampir sebentar ke toko langgananku di daerah komunitas muslim. Malam ini aku berencana makan malam bersama Ayahku di apartment. Aku ingin memasak makanan spesial buat Ayah yang sedang berulang tahun. Tapi dalam perjalanan tiba-tiba mobilku disalip oleh mobil Van lalu berhenti tepat di depan mobilku. Aku yang sangat kaget waktu itu langsung menginjak rem kencang-kencang. Kepalaku hampir saja membentur stir kemudi.

Tapi belum selesai aku dikagetkan oleh kejadian tersebut, lalu beberapa orang bertubuh besar keluar dari Van tersebut lalu mengepung dan menggedor-gedor mobilku. Aku mulai komat kamit membaca doa sambil memegang kencang stir kemudi. Lalu tiba-tiba mereka memecahkan kaca mobilku dan memaksaku keluar dari mobil. Aku mencoba memberontak dari mereka, mengerahkan semua energi yang kupunya. Sayangnya salah satu dari mereka langsung membiusku. Paling tidak itulah yang terakhir aku ingat, karena selanjutnya tahu-tahu aku sudah berada di sebuah ruangan tertutup yang lembab dan gelap.

Aku tidak tahu dimana aku sekarang, aku benar-benar ketakutan. Kemudian aku melihat pintu ruangan tempatku berada itu terbuka. Ada dua orang datang dengan membawa bungkusan berisi makanan dan minuman untukku. Mereka menyuruhku makan makanan tersebut. Tapi aku menolaknya dengan kasar, menendang bungkusan itu dengan sengaja. Aku langsung bertanya siapa mereka. Mereka malah tertawa, mereka bilang ini semua karena Ayahku. Seharusnya Ayahku tidak melakukan hal bodoh itu. Ini ganjaran yang pantas dia terima, agar lain kali berpikir dulu sebelum bertindak.

Lalu tanpa berpikir panjang aku langsung berlari ke arah pintu melewati mereka dan mencoba kabur dari tempat itu. Tapi sayangnya rencanaku gagal karena ternyata di depan ruangan itu sudah ada orang-orang yang berjaga dan menghadangku. Mereka memaksaku kembali ke dalam ruangan dengan kasar dan mengikat kaki, tangan, dan mulutku supaya aku tidak kabur lagi. Selanjutnya aku mulai mengerti apa yang terjadi. Ayah pernah bercerita tentang ini. Mereka pasti suruhan pesaing Ayahku. Pesaing itu mencoba membalas dendam dengan cara menculikku. Namun ternyata ada kejutan lain hari ini.

Lihat selengkapnya