Saat tengah malam tiba-tiba ada orang yang membangunkanku. Ketika membuka mata aku kaget dengan apa yang kulihat. Rasanya tak percaya kalau Bara ada disini. Kukira aku tidak akan pernah melihatnya lagi sejak terakhir kami bertemu di kampus 3 bulan lalu. Aku langsung memintanya untuk membukakan ikatanku. Ketika bekapan di mulutku terlepas, aku langsung menarik kencang kerah baju Bara. Dengan agresif aku memaksanya mengatakan dari mana dia bisa tahu soal penculikanku. Muka Bara memucat. Aku langsung melepasnya ketika menyadari dirinya tercekik.
Kemudian Bara mulai bercerita tentang semuanya. Aku tidak percaya ketika Bara bilang Ayahku lah yang membuatnya dikeluarkan dari kampus. Ayah tidak mungkin melakukan hal sehina itu. Kemudian aku meminta Handphone Bara untuk menelpon Ayahku. Ketika Ayah mengangkat teleponku, dia malah memanggil nama Bara. Dia tahu kalau ini nomer Bara dan sepertinya tahu kalau Bara akan menelponnya. Dari mana Ayahku bisa tahu mengenai Bara. Apakah yang diceritakan Bara tentang Ayahku adalah benar. Terlalu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam kepalaku saat ini.
Lalu kudengar Ayahku kaget ketika mendengar suaraku. Dia langsung meminta maaf kepadaku. Dia berjanji akan menceritakan semuanya bila kami sudah bertemu. Dia memintaku untuk terus bersama Bara dan menuruti semua perintahnya. Kemudian dia memintaku menyerahkan Handphone itu kepada Bara. Kulihat Bara beradu argumen dengan Ayah di telepon. Tak lama kemudian telepon ditutup. Bara menceritakan tentang rencana Ayahku dan kami setuju untuk menjalani rencana itu. Kami menunggu hingga subuh untuk kabur.