"Kamu tidak apa-apa??." Terdengar suara baritone dari pria tersebut.
*****
Mendenger suara itu, Rashel pun melihat kearah pria yang sudah membuatnya seperti ini.
Sesaat ia mendongkakkan wajahnya kearah pria itu Rashel membelalakan mata.
"Gila ganteng banget tuh cowok, namun dengan segera Rashel pun menghilangkan rasa kekagumannya itu, karena pria itulah yang telah membuatnya cedera.
"Gak apa apa, gak apa apa, loe gak liat apa kaki gue tuh sakit karena loe tabrak tau." Gertak Rashel yang memegang lututnya nyeri.
"Saya nabrak kamu?, kamu gak salah??, Ada juga kamu yang menjatuhkan diri sendiri." Ujarnya yang menatap kearah Rashel, pria itu mengatakan seakan tanpa merasa bersalah sedikit pun.
Mendengar perkataannya membuat rashel naik pitam.
Dengan pelan-pelan rlRashel berdiri walaupun masih terasa sangat sakit. "Awww." terdengar lengkuhan suara nyeri dari bibir Rashel.
"Eh emang gue yang ngejatuhin diri, tapi itu kan gara-gara loe yang terus ngelaksonin kearah gue, sampe buat gue gak konsen, dan gue hampir disenggol ama mobil loe itu yaudah gue jatuhin sendiri, dari pada gue ditabrak ama loe." Jawab Rashel dengan pendapatnya untuk menyelamatkan diri.
"Yah salah sendiri dong, kenapa kamu ngendarain motor kamu itu sesuka hati, ditengan jalan lagi, itukan mengganggu pengendara yang lain."
Rashel mengernyitkan wajahnya mendengar ucapan dari pria itu. Bahkan kini Rashel mendekat kearah pria itu dengan jarak yang amat dekat.
"Jalan kan lengah, gak ada pengendara yang lain, cuma ada gue sama loe doang." Tegasnya yang mengarahkan jari telunjuknya kearah pria itu.
Bahkan begitu dekat jarak antara mereka berdua. Sampai Rashel mendengar deru nafas pria yang ada dihadapannya.
"Tetap saja, kamu yang salah bawa motor ugal-ugalan. Kamu pikir jalan ini arena balapan."
"Eh loe tuh ya udah salah kagak mau minta maaf lagi." Rashel sudah sangat kesal dengan sikap pria yang menurutnya aneh ini.
"Untuk apa saya minta maaf, orang ini salah kamu." Pria itu pun membuka kacamata hitam yang dari tadi melekat diwajahnya, menampilkan aura ketampanan yang tak ada duanya.
Mata Rashel yang melihat dengan jarak dekat kearah pria itu. "Sumpah nih cowok ganteng juga sih. Ahh apaan sih ngapain, juga gue bilang dia ganteng, gue ralat, gue ralattt." Ujar rashel merutuki dalam hati.
Kini pria itu pun melipat kedua tangannya didada. Menambah kadar ketampanannya dan keangkuhannya.
"Kalau kamu berkendara sesuai jalur dan mengikuti aturan kamu gak mungkin seperti ini. Tapi apa!, kamu malah berkendara ditengah jalan sesuai hati kamu, kamu pikir ini jalan punya nenek moyangmu."
"Dan saya tidak ada waktu untuk berdebat dengan kamu, karena masih banyak pekerjaan yang lebih penting yang harus saya kerjakan, dari pada harus meladeni orang seperti kamu." Tegas pria itu yang meninggalkan Rashel yang masih berdiri menatapnya lekat.
Dia tak percaya jika pria aneh itu tak bertanggung jawab sama sekali, atau bahkan hanya sekedar meminta maaf.
"Gue laporin loe ke kantor polisi karena udah nabrak gue dan gak bertanggung jawab sama sekali." Teriak Rashel kencang.
Sesaat pria itu akan masuk kedalam mobilnya. Ia menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya kearah Rashel karena mendengar teriakannya.
"Kalau kamu laporin saya ke kantor polisi atau mau ke pengadilan pun, tetap yang akan menang itu saya, dan kamu yang salah." Ujarnya yang masuk kedalam mobil.
"Dasarr cowok aneh loe, loe pikir siapa??, udah nabrak gue kagak tanggung jawab lagi, gue ralat semua rasa kagum gue tadi ke loe gue ralat semuanya." Rashel berteriak sekencang-kencangnya.