Sebuah mobil Hatchback berwarna putih melaju kencang di jalanan yang lengang. Dari balik kemudi, seorang cowok berkacamata hitam, mengangguk-anggukan kepala mendengar dentuman musik punk dari grup band lawas: Blink 182 berjudul All The Small Things. Mulutnya ikut bernyanyi riang mengikuti irama lagu yang sedang berputar.
Tiba-tiba ada sesuatu yang melintas di depan mobilnya. Cowok itu tersentak. Lalu, menginjak rem dengan cepat. Mobil yang dikemudikannya berhenti mendadak dan membuat tubuhnya tersentak ke depan, nyaris menghantam stir kemudinya.
Cowok itu melepas kacamata hitamnya sambil mengamati sosok yang lewat di depan mobilnya tersebut. Cepat-cepat ia turun dan tak sengaja mendapati seorang gadis terduduk dengan wajah pucat di aspal.
Cowok itu buru-buru menghampiri si gadis dengan perasaan khawatir. "Kamu nggak papa, 'kan?" tanyanya sambil mengamati cewek yang nyaris ditabraknya itu. Lalu, membantunya berdiri.
Cewek itu mengibas-ngibas tangan dan kakinya yang terkena debu aspal karena terjatuh tadi, lantas menjawab, "Saya ndak apa-apa, Mas ...," katanya dengan logat jawa yang kental. "Untung tadi Mas cepet ngeremnya. Kalo ndak, saya bakal ketabrak beneran."
Cowok bernama Lefrand itu spontan menarik napas lega. Ia sudah takut kalau-kalau membuat tuh cewek terluka.
"Mas, maaf ya, saya nyebrangnya ndak hati-hati," kata cewek itu lagi.
Lefrand mengangguk. "Iya, saya juga minta maaf karena nggak ngeliat kamu tadi nyebrang. Syukur deh, kalo kamu nggak apa-apa."
Gadis itu tersenyum. Sebenarnya ia adalah Joana Anastasya. Dalam hati, Joana senang bisa mengelabui cowok di hadapannya ini. Ia sedang menyamar jadi gadis desa dan sengaja berpura-pura menyebrang untuk menarik perhatian. Kemudian, teman-temannya—Dio, Ilus dan Aidi—akan datang mengejar Joana. Ketiga cowok itu berperan jadi preman, lalu ada Meitha yang akan mengambil—ralat—mencuri barang-barang milik korban saat lengah. Jika telah berhasil, mereka semua langsung melarikan diri meninggalkan si korban.
Sungguh skenario yang jahat sekali, tetapi sejauh ini Joana dan teman-temannya selalu berhasil melakukannya.
Kelima remaja itu sebenarnya merupakan remaja kelas XII SMA. Saat ini mereka sedang membolos sekolah dan malah melakukan aksi tercela di jalanan.
"Kamu mau pulang kemana? Nanti gue antar," kata Lefrand pada Joana. Raut wajahnya masih terlihat khawatir.