Troublemaker in Love

Poetry Alexandria
Chapter #5

Sungguh Menyebalkan!

Lefrand berjalan menyusuri gedung sekolah SMA Harapan Bangsa ditemani pak Tobing yang akan menjadi wali kelasnya. Tadi dia sudah menyelesaikan administrasi perihal kepindahannya ke sekolah ini.

Ia juga diminta untuk satu kelas dengan Joana atas permohonan Om Haris dan Lefrand tak menolak. Pikirnya, itu adalah hal yang bagus untuk memberi pelajaran pada Joana. Lefrand ternyata murid yang pandai dan berprestasi di sekolahnya dahulu, sehingga para guru sedikit menyayangkan jika cowok itu masuk kelas XII IPA 3, bukan kelas lain.

Pak Tobing melangkah masuk ke dalam kelas yang terletak di lantai dua gedung sekolah ini. Suasananya berisik sekali, mirip pasar. Lefrand mengintip dari balik jendela, mencari-cari dimana Joana duduk dan menemukan gadis itu duduk di bangku paling belakang sendirian dengan posisi kepala tertelungkup di atas meja. Sepertinya ia sedang tidur.

Dasar cewek berandal! gumam Lefrand dalam hati sambil geleng-geleng kepala.

"ANAK-ANAK MOHON DIAM!" teriak Pak Tobing begitu masuk dalam kelas sambil mengambil penggaris kayu panjang dan memukulnya ke papan tulis keras-keras.

Seisi ruangan langsung senyap. Beberapa murid yang sedang tertidur lelap terbangun, termasuk Joana.

"Lefrand, ayo masuk!" panggil pak Tobing pada Lefrand yang masih berdiri di luar kelas. "Perkenalkan diri kamu dulu sebelum duduk."

Lefrand melangkah masuk dengan perasaan sedikit nervous. Lalu, berdiri di depan kelas. Semua pasang mata tertuju padanya. Joana yang duduk di kursi belakang mendelik tak percaya. Merasa sebal ternyata cowok itu akan satu kelas dengannya juga. Joana menyeringai pada Lefrand, lalu menelungkupkan kembali kepalanya ke atas meja untuk melanjutkan tidurnya.

"Halo, perkenalkan nama saya Lefrandi Ardian! Saya pindahan dari kota Bogor. Semoga saya bisa diterima di sini dengan baik dan bisa berteman dengan kalian semua. Terimakasih!" sapanya ramah sambil tersenyum diiringi tepukan tangan seisi kelas.

Beberapa siswi cewek kasak-kusuk saat mata Lefrand tak sengaja menatap mereka. Suara-suara lirih berbisik terdengar di telinganya.

"Eh, tuh murid baru cakep juga, ya!"

"Iya ganteng, senyumnya juga manis ...."

"Putih terus tinggi lagi."

Lihat selengkapnya